Kertas itu Monster: Sinopsis Sekotak Kertas Karya Narnie January
Bagaimana jika orang di sekitar kita sering melakukan hal-hal yang tidak biasa? Apakah kita akan menjauhinya atau bertahan di sekitarnya? Keadaan inilah yang dialami oleh gadis bernama Nikha saat mengetahui video dirinya yang tidak biasa tersebar di sekolah dan dipertontonkan oleh teman-temannya. Video yang dibuat oleh teman-temannya ini menampilkan Nikha yang berjalan di koridor sekolah, mengikuti ubin kanan, kiri, kanan, kiri, kiri, dan begitu seterusnya. Adegan selanjutnya ialah saat Nikha sendirian di kelas. Ia kemudian memeriksa satu per satu laci di dalam kelas dan mengambil kertas bekas coretan matematika. Adegan lainnya, Nikha merapikan barang-barang di ruang buletin secara berulang. Atas kejadian tersebutlah Nikha dikucilkan dan dianggap orang aneh. Tindakan teman-temannya membuat Nikha marah. Dengan tangannya, ia memecahkan laptop milik temannya. Kejadian tersebut membuat ibunya marah dan kecewa hingga memutuskan Nikha untuk pindah sekolah.
Nikha pun disekolahkan di kaki gunung dan tinggal bersama ayahnya—yang belum pernah ia jumpai sejak orang tuanya berpisah, sedangkan ibu Nikha pergi ke Prancis untuk bekerja. Ia merasa canggung dengan kehadiran ayahnya. Namun, ayah Nikha tetap memperlakukan Nikha secara baik, bahkan setiap hari Nikha selalu diantar menggunakan sepeda motor. Di sekolah barunya ini Nikha memiliki teman dekat, yakni Dinda dan Damar. Walaupun memiliki teman baru, ia masih suka melakukan hal yang sama seperti ia lakukan di sekolah sebelumnya.
Lingkungan yang baru ia tinggali ini tetap tidak membuat Nikha berubah. Makin hari, Nikha menangis dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan. Ayahnya pun mengajaknya untuk ke rumah sakit jiwa dan bertemu dengan Pak Bima, seorang psikolog. Nikha mulai menceritakan tentang kertas-kertas yang ia pungut, dirinya yang suka berjalan di retakan, ubin yang dihitung, isi tempat pensil yang disusun, hingga hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Nikha juga menceritakan perasaan takut, cemas, dan segala kekhawatiran jika sebuah bencana datang dan menimpa dirinya atau orang-orang di sekitarnya. Banjir, gempa, terorisme, kecelakaan besar, atau komet jatuh menghantam bumi adalah contoh bencana yang ia maksud. Pikirannya seperti itu disebabkan oleh penyakit Obsesive Compulsive Disoder (OCD) yang diderita Nikha. Setelah sesi wawancara, Pak Bima meminta Nikha membawa kertas-kertas miliknya pada pertemuan selanjutnya.
Hari berikutnya, Nikha dan ayahnya pun mengunjungi rumah sakit dan menyerahkan kotak yang berisi banyak kertas. Nikha melakukan terapi relaksasi dengan pengetukan pada titik-titik akupunktur. Setelah sesi terapi berakhir, Pak Bima berpesan agar ia tidak mengikuti dorongan-dorongan untuk menghitung apa pun. Hari demi hari Nikha pun mulai menunjukkan perubahannya untuk tidak memperhatikan apa yang tidak seharusnya ia perhatikan. Ia tidak lagi memedulikan retakan-retakan jalan, tumpukan pulpen, pensil, penggaris, penghapus, dan spidol yang terasa mengusik dirinya. Sekarang ia selalu mencoba menahan diri.
Suatu hari ibu Nikha menjemput kembali dirinya untuk tinggal di kota dan meninggalkan ayah serta teman karibnya. Penyakit Nikha pun mulai mengusik. Ia bermimpi buruk: Ayahnya dimakan oleh monster yang berasal dari kertas pungutan Nikha. Rasa cemas itu membuat Nikha melakukan terapi lagi dan kini dibantu oleh Ibu Lolita, seorang terapis yang dikenalnya dari Pak Bima. Setelah mengalami masa terapi, Nikha pun menjalani hidup normal. Ia pun mengunjungi ayahnya di desa.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 4.7 / 5. Jumlah rating: 3
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.