Di pasar, ada banyak merek mainan berupa bongkah-bongkah plastik kecil yang dapat disusun menjadi aneka jenis model. Mereknya bermacam-macam. Namun, orang lebih mudah menyebut nama LEGO untuk merujuk kepada semua model mainan yang seperti itu. Padahal, sesungguhnya, LEGO adalah sebuah jenama.

Ketenaran merek dagang itu—sampai orang secara tidak sadar menyebutnya sebagai nama jenis mainan—tentu tidak diperoleh secara ujug-ujug. Penemunya, Ole Kirk Christiansen, harus melalui jatuh bangun kehidupan sebelum karyanya memperoleh pencapaian yang hebat tersebut.

Awalnya, Christiansen merintis usaha kerajinan kayu pada 1920-an. Namun, belum genap satu dekade bisnisnya berjalan, toko yang dibangunnya terbakar. Meski menyakitkan, petaka itu tidak lantas membuatnya hilang harapan.

Beberapa tahun kemudian, Christiansen membangun lagi bisnis serupa. Namun, kali ini, bencana yang menimpa usahanya begitu dahsyat. Pada 1930-an, krisis ekonomi global atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Great Depression mengadang laju penjualan produk usahanya. Bisnisnya nyaris bangkrut. Meski begitu, dia tetap menjalankan usaha tersebut sambil terus mencari ide bisnis lain.

Rupanya, yoyo rusak yang ditemuinya di jalan menginspirasinya untuk terjun ke usaha mainan anak. Dari pertemuannya dengan mainan berbahan dasar kayu itu dia merintis bisnis miniatur kereta dan truk. Dia mengembangkan mainan itu menjadi model susun atau mainan berupa aneka bongkah kecil yang dapat disusun menjadi berbagai jenis bentuk kendaraan.

Dari yang awalnya berbahan dasar kayu, bongkah kecil itu kemudian dibuat dengan bahan dasar plastik. Namun, pada 1940-an, orang Denmark lebih menyukai mainan berbahan dasar logam yang terbilang awet. Alhasil, produk buatan Christiansen tidak laku di pasar mainan. Namun, dengan usaha yang gigih, pada 1960-an, mainan jenis baru itu mulai dilirik oleh banyak orang.

Saat ini, banyak anak memainkan LEGO dengan varian yang beraneka rupa. Dua model yang paling banyak dijual di toko mainan adalah LEGO DUPLO dan LEGO CITY. Varian yang pertama sangat cocok untuk dimainkan oleh balita. Adapun jenis yang kedua sangat disarankan untuk dimainkan oleh anak usia sekolah dasar ke atas.

Saking kampungannya, saya pernah meminta anak saya untuk hanya menyusun aneka bongkah plastik itu dalam bentuk dasarnya saja. Saya lupa bahwa semangat jatuh bangun dan bongkar pasanglah yang menjadi roh mainan itu. Hingga kemudian anak-anak mengingatkan kembali semangat itu dengan membuat karya bentukan mereka sendiri.

Di musim pandemi ini, LEGO menjadi mainan andalan anak-anak di rumah. Saat kami harus berada di rumah selama mungkin dan menahan pengeluaran untuk bepergian dengan begitu ketat, kreativitas anak-anak tetap tersalurkan dengan baik lewat mainan LEGO. Mereka tetap dapat berkhayal dan menciptakan jenis mainan apa saja yang ada di kepalanya.

Tentu saja bentuk buatan mereka absurd dan jauh dari model dasarnya. Namun, bukankah daya khayal anak-anak kerap jauh melampaui orang dewasa, termasuk saya? Kalau harus diukur, jaraknya kurang lebih sejauh saya yang tidak pernah mengira anak-anak akan mampu membuat aneka bentuk unik dari mainan LEGO kesukaannya. Ah, dasar cupu!

 

Penulis          : Asep Wijaya

Penyunting   : Shafira Deiktya

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.