Mulai dari Lemari
“Letting go is even more important than adding.” —Marie Kondo
Belakangan saya menyadari suatu hal tentang adiksi saya terhadap mengonsumsi baju. Sifat impulsif yang saya miliki begitu memengaruhi saya dalam berbelanja. Tiada satu pekan pun yang saya lewati tanpa berbelanja pakaian. Hal tersebut baru saya sadari setelah melihat tumpukan baju di lemari.
Awal mula masa pemulihan terhadap adiksi itu adalah ketika saya mencari topik untuk tugas akhir kuliah. Tidak disangka saya malah menemukan konsep hidup yang baru perihal berkonsumsi, terutama dalam hal pakaian. Konsep tersebut disebut mode berkelanjutan.
Mode berkelanjutan bukan hanya berbicara tentang konsumsi seseorang terhadap pakaian. Konsep ini juga lahir karena tidak adanya kesejahteraan terhadap para pekerja industri garmen di pabrik. Sebab itu, mode berkelanjutan juga dapat disebut sebagai mode etis. Mode etis (ethical fashion) sebenarnya adalah pendekatan terhadap desain yang sumber dan pembuatannya memaksimalkan keuntungan untuk masyarakat dan komunitas serta meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan.
Hal pertama yang saya lakukan untuk mengimplementasikan mode berkelanjutan cukup simpel, yaitu mulai dari lemari. Saya akui, langkah ini merupakan langkah termudah, tetapi memerlukan ikrar yang kuat. Mulai dari lemari merupakan konsep menyisihkan baju lama yang sudah tidak layak atau tidak terpakai. Cukup rumit untuk dilakukan orang-orang yang memiliki begitu banyak tumpukan baju di lemari mereka. Dalam hal ini, saya menggunakan metode KonMari yang dipopulerkan oleh Marie Kondo, pakar beres-beres rumah asal Jepang. Ajaibnya, metode ini sungguh membantu saya.
Merawat dan merapikan isi lemari juga merupakan cara untuk mengimplementasikan mode berkelanjutan. Itu sebabnya metode KonMari jadi berhubungan. Metode ini tidak spesifik ditujukan untuk membereskan pakaian di lemari saja, tetapi juga barang-barang yang tidak terpakai lagi di rumah. Adapun metode KonMari bertujuan untuk membantu membersihkan rumah dari barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi dan hanya menyimpan barang-barang yang menimbulkan kebahagiaan bagi penggunanya. Dalam kasus saya, pakaian yang tidak lagi menimbulkan kebahagiaan akan saya berikan ke salah satu merek pakaian lokal yang berbasis berkelanjutan. Sejujurnya, saya sangat kagum dengan merek tersebut karena mereka dapat mendaur ulang pakaian tidak layak menjadi pakaian baru yang lebih berkualitas.
Setelah berhasil melakukan metode ini, sifat impulsif berbelanja yang saya miliki sangat berkurang drastis. Mempertimbangkan beberapa hal sebelum menaruh barang di keranjang belanja pada lokapasar ternyata bukanlah suatu hal yang merugikan, meski saya akui ternyata melawan nafsu juga bukanlah hal yang mudah. Saya jadi memiliki prinsip untuk berkomitmen tidak membeli pakaian baru selama tiga bulan (periode satu musim) sebagai cara untuk berkontribusi dalam mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil.
Masih banyak hal lainnya yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan mode berkelanjutan. Tahap yang saya lakukan ini merupakan tahap paling awal dan kunci dari segalanya.
Penulis : Elita Zaida Safira
Penyunting : Shafira Deiktya
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.