Netflix mengategorikan Our Beloved Summer sebagai serial drama bergenre komedi romansa. Namun, setelah menonton hingga episode final, saya hanya menemukan 2 persen komedi dari keseluruhan cerita. Sementara itu, 60 persen lainnya adalah air mata Choi Woong dan Yeon-soo, 20 persen air mata Ji-woong, dan 18 persen sisanya adalah air mata saya sendiri.

Our Beloved Summer menawarkan kekosongan lewat adegan-adegan yang lengang dan dialog-dialog yang tidak begitu nyaring. Ada waktu dan ruang untuk penonton masuk ke dalam kegamangan Choi Woong dan Yeon-soo, sang protagonis.

Serial ini menceritakan kisah Choi Woong dan Yeon-soo, dua anak muda yang pernah saling menangis di malam yang lembap karena putus cinta. Mereka putus tanpa alasan yang jelas. Lantas, keduanya sepakat untuk saling menyakiti diri, melupakan kenangan yang pernah mereka rajut.

Lima tahun kemudian, Choi Woong dan Yeon-soo ternyata bertemu kembali. Mereka dipertemukan dalam suatu proyek dari kantor tempat Yeon-soo bekerja yang juga melibatkan Choi Woong. Keduanya terjebak dalam hari-hari yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya: bertemu kembali sebagai sepasang mantan kekasih.

Pertemuan itu adalah awal dari perjalanan kisah baru Choi Woong dan Yeon-soo. Perjalanan untuk menjawab pertanyaan mengapa mereka putus lima tahun lalu dan cerita-cerita lain yang membawa mereka ke dalam kegamangan yang baru. Kini, mereka adalah mantan kekasih yang saling menolak kenyataan bahwa apa-apa yang mereka anggap sudah hilang, ternyata masih tumbuh diam-diam.

Ketimbang menonton kisah Choi Woong dan Yeon-soo sebagai cerita fiksi, saya lebih menerima kisah mereka sebagai cerita nyata tentang saya sendiri. Rasa canggung dan penolakan untuk mengakui bahwa perasaan dari masa lalu masih begitu nyaring adalah pertengkaran yang juga sempat saya rasakan. Tidak heran, mata saya mudah sembap selepas menonton serial ini.

Di tengah pengisahan Choi Woong dan Yeon-soo, Ji-woong hadir dengan babak belur di dalam dirinya. Layaknya serial drama Korea yang lain, Ji-woong adalah tokoh bayangan dari renyah tawa pemeran utama. Ia merupakan teman dekat Choi Woong yang juga menaruh perasaan kepada Yeon-soo. Sad boy, kalau kata penggemar drama Korea.

Namun, hemat saya, peran Ji-woong dalam serial ini jauh dari sekadar sad boy. Kehadirannya adalah cara cerdas untuk membuat Our Beloved Summer keluar dari belenggu drama romansa murahan. Kisah masa kecil Ji-woong, lengkap dengan konflik batin yang ia miliki, berhasil menjadikan serial ini tetap “waras”.

Terlebih dalam tiga episode terakhir, adegan Ji-woong dan ibunya dengan sigap mencuri air mata saya. Tentang ibu yang gagal—dan tidak ingin berhasil—dalam mendidik anaknya dan seorang anak yang telanjur hancur lebur karena ibunya. Tidak banyak dialog di antara mereka. Hanya ada sorot mata yang kosong dan bibir yang getir. Namun, pesannya begitu mudah menyentuh inti hati.

Persoalan keluarga yang tidak jauh berbeda juga dirasakan Choi Woong dan Yeon-soo. Kepingan adegan Choi Woong kecil yang ditinggalkan ayahnya dan Yeon-soo yang selalu memeluk neneknya setiba di rumah adalah dua hal yang menjadikan air mata saya keluar bagai mata air.

Belum lagi pemaknaan terhadap detail yang luar biasa. Contohnya pada episode empat, ketika Yeon-soo ditampilkan dengan tali sepatu berwarna kuning dalam ingatan Choi Woong. Sementara dalam ingatan Yeon-soo, Choi Woong ditampilkan dengan sepatu berwarna biru. Dua warna itu adalah warna favorit mereka. Padahal kenyataannya, keduanya hanya menggunakan sepatu berwarna putih. Adegan ini memperlihatkan betapa mereka masih saling belum melupakan.

Itulah mengapa saya dengan senang hati merelakan air mata untuk menonton serial ini. Kisah romansa yang ringan dan dekat dileburkan dengan persoalan domestik yang canggung. Semuanya dikemas dengan detail yang ciamik. Sebuah pola skenario yang tidak lazim untuk genre komedi romansa, tetapi justru seru (sekali), cerdas (sekali), dan getir (sekali).

 

Penulis          : Fath Putra Mulya

Penyunting   : Shafira Deiktya

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 4

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.