Zelkova Serrata yang Langka (Bagian Pertama)
Istilah grup idola memang terdengar agak aneh di tengah gaung musik Korea Selatan yang lebih sering terdengar di Indonesia. Sebutan grup idola lebih kerap digunakan di industri musik Jepang. Sayangnya, Jepang yang memiliki pasar musik terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat tak begitu melirik pasar musik di luar negeri.
Penjualan produk musik berbentuk fisik masih laris manis di sana. Begitu pula dengan konten eksklusif hingga bonus menarik yang diselipkan pada setiap pembelian singel atau album fisik. Salah satunya adalah bonus tiket acara berjabat tangan dengan idola. Durasi yang didapatkan beragam, sekitar lima sampai sepuluh detik. Gimik penjualan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Yasushi Akimoto, nama yang tak asing bagi pendengar lagu Jepang atau penggemar berbagai grup idola besutannya. Ia membuat berbagai grup idola yang tersebar di berbagai kota di Jepang.
Pada tahun 2015, Akimoto melahirkan Keyakizaka46, sebuah grup yang memiliki konsep sangat berbeda dari grup idola pada umumnya. Grup itu mengadopsi nama jalan di daerah Roppongi, sebuah distrik di Tokyo yang terkenal karena kehidupan mewah dan gemerlap lampu deretan bar mahal, meski jalan itu tak ditumbuhi pohon Zelkova serrata (dalam bahasa Jepang disebut keyaki). Sementara itu, angka 46 adalah sebuah simbol rivalitas terhadap grup lainnya yang juga dibentuk oleh Akimoto, AKB48. Dua puluh satu anggota yang diterima dari audisi mewakili huruf kanji pada kata keyaki (欅) yang memiliki dua puluh satu garis. Sejak awal, sudah terlihat bahwa banyak makna yang diselipkan pada setiap detail grup itu.
Nama Keyakizaka46 seakan mengamini keberadaan pohon Zelkova serrata yang langka. Mereka hadir berlawanan dengan kebanyakan grup idola Jepang yang mengusung konsep imut, energik, dan membawa lagu-lagu riang. Lagu debut mereka, “Silent Majority”, membawakan pesan untuk melawan orang dewasa yang berkuasa dan menentukan pilihan atas banyak orang. Tentunya lagu dengan lirik yang mengandung unsur politik itu tidak dibawakan dengan kostum imut dan tarian feminin. Kostum eksentrik menyerupai seragam militer serta koreografi baris-berbaris bak tentara menjadi pelengkap penampilan mereka di atas panggung.
Segala keunikan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat musik yang tak terlalu menyukai konsep grup idola yang imut. Bahkan, itu juga menarik perhatian mereka yang tak terlalu menyukai musik pop Jepang sebelumnya. Selain itu, kesan memberontak dan sedikit depresif pada lirik lagu justru mewakilkan perasaan anak muda yang terkadang tersandung ketika mencari jati diri. Penggalan lirik yang mengisyaratkan kesepian, perundungan, hingga keinginan untuk bunuh diri adalah hal yang lumrah pada tiap lagu Keyakizaka46.
Akimoto melahirkan sebuah konsep baru untuk grup idola di Jepang. Alih-alih meneriakkan kata semangat sambil berjingkrak dengan senyum termanis di atas panggung, personel Keyakizaka46, para gadis berumur belasan tahun, justru menyerukan ajakan untuk menunjukkan rasa sakit dan kemuakan kepada dunia.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 2
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.