Tebersit perasaan rindu akan mereka yang akhir-akhir ini kurasa jarang bertemu. Setiap kali bertemu, serasa ada obat hati. Ya, kurasa ini bukanlah sebuah kata berlebihan untuk menggambarkan sosok manusia ini yang Allah telah takdirkan hadir dalam kehidupanku. Kami memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda. Justru hal itu menjadikan hubungan pertemanan kami semakin berwarna.

“Manusia” adalah sapaanku kepada keduanya. Aku akan menceritakan sosok manusia pertama yang aku kenal saat menjalani perkuliahan. Dia hadir pertama kali kala itu. Entah apa yang membuatku semakin terikat pada manusia satu ini. Mungkin caranya bercerita dan aura positif yang terciptakan hingga akhirnya turut membimbing dan mengajakku untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta-ku. Aku senang caranya mengajari melalui contoh. Teringat saat itu diajak olehnya membaca Quran. Hingga kini aku masih dan terus belajar untuk dapat memperbaiki diri lebih baik lagi. Sungguh, rasa syukur yang aku ucapkan tak henti-henti karena dapat mengenal dekat sosok manusia hebat. Dia perasa dan penyabar di mataku. Senyum dan parasnya pun menggambarkan elok dirinya dalam pembawaannya. Sikap rendah hati dan murah hati semakin membuat dia lebih menarik. Makhluk hawa sepertiku saja terpukau, apalagi adam? Hahaha. Doakan, dia sedang menjemput impiannya saat ini. Semoga lancar kuliah S-2-mu, ya, Manusia.

Berikutnya, manusia yang hadir dengan sapaan riangnya. Usianya yang seharusnya menjadi adik, justru berkebalikan. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya, bahkan mengalami suka dan duka dengannya kala itu. Bersama manusia ini, ia benar-benar melatih mentalku untuk menjadi setangguh dirinya, benar-benar aku dibuatnya belajar banyak hal kehidupan yang terkadang tidak sejalan dengan ekspektasi. Sosok pekerja keras dan penyayang juga memancar dalam dirinya. Terkadang rasa sedih turut kurasa ketika ia bergadang hingga pagi, bahkan menganggap itu sebuah gurauan, padahal ia sedang bergelut dengan sebuah masalah yang runyam. Kesalahan demi kesalahan pernah kubuat padanya, tetapi menjadikan kisah pertemanan semakin beraneka macam rasanya. Saat rasa sedih muncul, ia mengingatkan untuk tidak terlalu memikirkan dan lebih mengingat hal baik yang pernah orang itu lakukan.

Kedua manusia yang aku jumpai saat menjalani masa menjadi mahasiswa itu benar-benar menjadi motivator terbaik dalam hidup. Aku menuliskan ini pada saat hatiku berbunga-bunga karena mereka berdua menjadi mahasiswa berprestasi di fakultasku. Aku mengakui, mereka layak dan pantas untuk itu.

Tahun 2018, kami pernah berdiskusi tentang satu hal yang masih sangat membekas di ingatanku hingga kini tahun 2020 hampir berganti tahun. “Kamu nggak bisa maksa orang untuk sama seperti kamu. Tugasmu hanya perantara: menyampaikan, bukan mengubah.” Itu ditambah penjabaran dan penjelasan keduanya. Sungguh, begitu mahal petuah itu–hal yang sekarang sudah minim kudapatkan.

Aku rindu berdiskusi, bercerita untuk mencurahkan kegelisahan hati. Semoga kalian selalu sehat, ya. Jangan lupa istirahat. Aku yakin banyak orang yang berdoa untuk jalan hidup mereka ke depannya. Semoga aku salah satunya, yang tak luput berdoa untuk kebaikan kawan-kawan terbaik dalam hidupku. Aku harap tidak akan terputus hubungan persaudaraan dengan mereka. Oh iya, kira-kira siapa, ya, yang bakal nikah dulu? 😀

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.