Sayur Jadul
Malam ini saya bingung tujuh keliling saat menentukan topik swalatih. Setelah berdiam selama lebih dari satu jam, pikiran saya akhirnya melayang kembali ke tahun lalu saat saya mengikuti program organsisasi nonprofit yang berfokus terhadap kepariwisataan dan kebudayaan Yogyakarta. Selama satu bulan, saya seperti menjadi turis di kota sendiri, menjelajahi Yogyakarta dari ujung ke ujung, tak terkecuali kulinernya yang seakan tidak ada habisnya. Berikut ulasan saya dari beberapa tempat makan legendaris yang sering disebut sayur jadul.
Brongkos Handayani
Jika di Malang ada rawon, di Yogyakarta ada brongkos. Namun, tentu saja keduanya berbeda. Rawon berbahan dasar daging sapi, sedangkan brongkos lebih banyak menggunakan kacang tolo, telur, tahu, dan kulit belinjo. Dahulu, sayur ini adalah favorit raja, tetapi lama kelamaan menjadi makanan khas Yogyakarta yang legendaris.
Saat puas berkeliling keraton, saya dan teman-teman mengunjungi warung sayur brongkos yang terkenal sejak 1960-an, yaitu Brongkos Handayani atau Brongkos Alun-Alun Kidul. Warung ini membuat brongkos dari campuran 16 rempah berbeda yang salah satunya adalah kluwek sehingga membuat sayur ini berwarna gelap.
Di Brongkos Handayani, saya menikmati seporsi nasi brongkos koyor dengan Rp20.000,00 dan nasi brongkos telur dengan Rp11.000,00. Selain itu, Brongkos Handayani juga menyediakan nasi pecel dan nasi rames yang tidak kalah lezatnya. Cita rasanya yang manis dan gurih membuat para penikmat kuliner rela kembali lagi. Oh, ya, Brongkos Handayani buka pukul 08.00–19.00 dan sangat ramai saat jam makan.
Sego Abang Jirak
Dari pusat Kota Yogyakarta, saya dan teman-teman beralih ke timur menuju Gunung Kidul. Selain pantai, Gunung Kidul terkenal dengan sayur cabai hijaunya. Kami berhenti di Sego Abang Jirak yang menjual nasi merah beserta macam-macam sayur yang lezat. Menariknya, pemilik warung ini hanya menerima bulir padi yang belum terpisah dari batangnya dan menanak nasi merahnya hingga 3 jam lamanya menggunakan kukusan bambu. Sego abang pun tidak lengkap jika belum ditambah dengan sayur lombok ijo (sayur cabai hijau) khas Gunung Kidul yang terdiri dari racikan santan cabai hijau dan tempe kedelai yang sebelumnya harus dibuat secara tradisional dan dibungkus dengan daun jati atau pisang. Sungguh, kearifan lokalnya masih terjaga!
Nasi merah dan sayur lombok ijo tidak lengkap rasanya jika tidak ditambah makanan khas Gunung Kidul lain, seperti ikan wader, belalang goreng, urap trancam, daging sapi goreng, dan jeroan dengan harga mulai dari Rp2.000,00 hingga Rp40.000,00. Warung ini buka pukul 06.00–16.00. Tempatnya yang akrab dengan lingkungan pedesaan membuat banyak pengunjung betah berlama-lama di sini.
Mangut Lele Bu Is
Bantul sering dikaitkan dengan kuliner sate klathaknya yang terkenal. Namun, ada salah satu hidangan khas di Bantul yang rasanya autentik dan tidak jauh dari pusat Kota Yogyakarta, yaitu Mangut Lele Bu Is. Hidangan mangut lele ini terdiri atas ikan lele goreng atau bakar yang disiram dengan kuah santan dan dimasak dengan rempah, seperti kencur dan jahe. Rasa hidangan yang asin dan gurih menjadi makin lengkap disantap menggunakan lalapan, seperti daun kemangi, bayam, kecipir, dan lainnya.
Seporsi mangut lele bisa didapatkan dengan harga Rp20.000,00. Warung ini buka pukul 08.00–20.00 dan ramai wisatawan saat akhir pekan.
Gudeg Batas Kota
Di Yogyakarta, gudeg terbagi menjadi dua, yaitu gudeg basah dan kering. Saat malam menjelang, saya dan teman-teman mengunjungi warung gudeg yang akhirnya menjadi salah satu destinasi kuliner favorit saya. Berada di perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, warung ini berbentuk kios kaki lima di pinggir jalan dan buka mulai pukul 21.00–05.00.
Meskipun buka cukup larut, Gudeg Batas Kota tidak pernah sepi pengunjung karena rasanya yang lezat dan pilihan lauknya yang beragam. Perpaduan rasa manis gurih dari nangka muda, serta pedas yang berasal dari sambal kreceknya telah berhasil menjadi teman saat mengobrol dan menghabiskan malam di Yogyakarta. Secara keseluruhan, satu porsi gudeg ini bisa dinikmati dengan harga Rp20.000,00.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.