Pekan lalu, saya dan yang lainnya belajar—meskipun Mas YS bilangnya berbagi—bersama Mas YS tentang menulis. Saya sangat antusias ketika mengikuti pembimbingan tersebut. Banyak hal yang baru saya sadari dan hal lainnya yang baru saya mengerti.

Tips pertama untuk menulis itu, kata beliau adalah menulis. Benar saja, terkadang saya hanya memikirkan sesuatu, tetapi tidak pernah dituangkan menjadi tulisan dengan berbagai alasan, lupa, kurang menarik, tidak jelas, dan alasan lainnya. Belum dicoba, sudah mengomentari diri sendiri. Agak aneh memang.

Berikutnya ada yang saya baru ketahui. Kalau ketika menulis itu, lanjut saja terus, jangan disunting sana-sini dulu, tulis saja apa yang mau ditulis, dan jangan berhenti. “Intinya tulis saja dulu, suntingnya belakangan.” Sedikit malu saya mendengarnya karena saya adalah orang yang ketika menulis, pasti tulis a, lalu hapus a, tulis b, terus hapus b, tulis abc, malah hapus bc. Pantas saja tidak selesai-selesai, ternyata metodenya kurang tepat. Nah, ketika penutup tulisan itu selesai, baru, deh, dibiarkan. Iya. Tulisannya dibiarkan. Nanti kalau sudah selang beberapa waktu, baru dibaca lagi dan disunting. Cara yang disampaikan Mas YS tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan cara yang selama ini saya lakukan.

Jangan lupa juga membuat kerangka karena itu akan sangat membantu ketika kita menulis. Kalau ada sesuatu yang dapat memudahkan kita, kenapa tidak?

Ketika menulis, saya sering mengalami yang namanya tidak tahu harus menulis apa lagi, buntu rasanya. Mas YS berbagi lagi kalau ternyata kita bisa mengatasinya dengan mengganti medium, mengganti jenis huruf, mengganti posisi sampai mengganti tempat kita menulis. Bisa juga dengan melakukan hal lain–di luar menulis–seperti menonton film, mendengarkan lagu, mencuci piring, sampai memasak nasi goreng. Pokoknya lakukan apa pun yang sekiranya dapat memberikan perubahan dan nantinya sesuatu yang baru itu akan muncul dengan sendirinya. Menarik bukan.

Sebenarnya masih banyak kiat yang diberikan Mas YS, tetapi tidak terasa sebentar lagi sudah tenggat pengumpulan swalatih. Jadi, saya kira ceritanya sampai sini dulu. Terima kasih, Mas YS!

Intinya, menurut Mas YS, kita harus menemukan alasan kenapa, sih, kita harus menulis dan banyak-banyak berlatih. Bukankah orang yang dikatakan ahli itu kalau dia sudah menghabiskan 10.000 jam waktunya untuk mendalami bidang tersebut?

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.