Penggerak plot (plot motivator), seperti cinta, dendam, dan persaingan, memberikan alur cerita (storyline) dasar. Untuk membuat cerita yang bagus dan menarik, penggerak cerita memerlukan bumbu cerita (story spicer). June dan William Noble memberikan tiga belas bumbu cerita yang umum digunakan di dalam buku mereka, Steal This Plot: A Writer’s Guide to Story Structure and Plagiarism (1985). Ketiga belas bumbu itu adalah muslihat, kesejahteraan, kejahatan, penebusan, konspirasi, penyelamatan, identitas keliru, hubungan ganjil, otoritas, kecurigaan, bunuh diri, pencarian, dan harga diri.

Muslihat (deception) membawa elemen konflik dan ketegangan. Pembaca penasaran apakah muslihat akan berhasil serta bagaimana dan kapan itu akan berhasil. Muslihat tidak harus dilandasi oleh motivasi yang buruk, tetapi bisa juga dari suatu alasan yang dapat dibenarkan. Contoh muslihat sebagai bumbu cerita dapat kita lihat dari bagaimana Adam dan Hawa diperdaya untuk memakan buah terlarang sehingga diusir dari surga.

Cara pemerolehan atau kehilangan kesejahteraan (material wellbeing) dapat menjadi bagian penting dari cerita. Penekanannya adalah pada kesejahteraan dalam bentuk fisik, seperti uang, bukan kesejahteraan tanwujud, seperti kebahagiaan, karena lebih terukur. Persaingan dan pemberontakan merupakan contoh penggerak plot yang cukup cocok dibumbui dengan kesejahteraan.

Segala tindak kejahatan (criminal action) yang melawan hukum merupakan bumbu cerita yang baik. Sudut pandangnya dapat diambil baik dari pelaku kejahatan maupun pemburu pelaku. Konflik di antara keduanya muncul secara alamiah, apa pun penggerak plotnya. Pembunuhan, pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan berbagai tindak kejahatan lain memberi dampak besar terhadap pengembangan karakter, arah plot, dan penyelesaian cerita.

Penebusan (making amends) terhadap suatu kesalahan dapat berhasil atau gagal. Upaya penebusan menjadi bumbu yang baik pada penggerak plot berupa, misalnya, pengkhianatan, penindasan, dan dendam. Konflik batin yang muncul pada karakter karena penebusan juga dapat menjadi faktor penarik cerita.

Konspirasi (conspiracy) muncul ketika dua atau lebih pihak bertemu secara rahasia dan berencana untuk melakukan sesuatu yang melanggar (hukum, kebiasaan, adat, dll.). Ini menjadi bumbu yang menarik. Konspirasi dapat dikaitkan dengan kejahatan, yang juga merupakan salah satu bumbu cerita. Namun, konspirasi juga dapat didorong oleh faktor ekonomi, sosial, dan politik.

Penyelamatan (rescue) paling umum ditemukan pada plot yang melibatkan bahaya atau ancaman fisik. Penggerak plot, seperti bencana, penindasan, dan penyintasan, secara alamiah berkaitan dengan bumbu penyelamatan. Penyelamatan acap melibatkan bumbu cerita lain, yaitu pencarian. Sebelum menyelamatkan seseorang atau sesuatu, pencarian perlu dilakukan lebih dahulu.

Identitas keliru (mistaken identity) dapat dilihat dari dua arah: orang yang menyangka atau orang yang disangka. Bumbu cerita akan muncul dari ketegangan apakah akan ada yang menemukan kekeliruan identitas itu, bagaimana kekeliruan itu dapat ditutupi, atau apa yang akan terjadi ketika kekeliruan terungkap.

Hubungan ganjil (unnatural affection), baik secara fisik, emosi, maupun keduanya, menimbulkan alur cerita yang membuat penasaran. Keganjilan bergantung dari pandangan pembaca, tetapi hubungan di luar lelaki–perempuan, sesama orang dewasa, dan tidak sedarah pada umumnya dianggap ganjil. Penggerak plot cinta, penyintasan, dan penemuan acap dibumbui dengan hubungan ganjil ini.

Sebagai bumbu cerita, otoritas (authority) dengan cepat dapat memunculkan konflik, baik dalam bentuk ketundukan terhadap otoritas maupun pemberontakan terhadapnya. Otoritas dapat muncul dalam berbagai wujud, seperti lembaga (kerajaan, pemerintah, sekolah, dll.), moral (orang tua, pasangan, adat, dll.), atau fisik (teror atau intimidasi). Otoritas merupakan kekuatan untuk memerintah melalui perilaku, pemikiran, atau opini.

Kecurigaan (suspicion) muncul karena ketidakpercayaan dan berada pada pikiran tokoh. Bumbu ini paling baik diberikan pada penggerak plot seperti pengkhianatan, dendam, persaingan, penyintasan, pemberontakan, dan penindasan. Penggerak plot tersebut memerlukan konflik yang kuat yang diberikan oleh kecurigaan.

Bunuh diri (suicide) memiliki kemiripan dengan bumbu cerita kejahatan. Kejahatan melakukan pelanggaran hukum terhadap orang lain, sedangkan bunuh diri terhadap diri sendiri. Penyebab bunuh diri dapat beragam, seperti kegagalan cinta, kehilangan harga diri, atau bahkan pernyataan politik. Yang jelas, bunuh diri menimbulkan berbagai pertanyaan. Mengapa dia melakukan itu? Apa alasan sebenarnya? Apakah harus sampai sebegitunya?

Pencarian (searching) sering disandingkan dengan penyelamatan. Bumbu cerita ini baik diterapkan pada, misalnya, penemuan, penyintasan, dan perburuan. Pencarian dapat dilakukan terhadap seseorang, sesuatu, atau bahkan diri sendiri. Rangkaian peristiwa yang menjalin cerita dapat muncul dari bumbu pencarian ini.

Harga diri (honor and dishonor) mungkin merupakan bumbu cerita yang paling sederhana dan mudah. Ia dapat diterapkan pada semua penggerak plot karena berhubungan dengan sifat manusia dan perubahannya. Sudut pandang harga diri dapat dilihat baik dari tokoh maupun orang lain.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 2

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.