Memadukan Paragraf
Cara memadukan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf sudah banyak dibahas dalam pelbagai buku. Pemaduan antarkalimat itu antara lain dapat diwujudkan dengan konjungsi antarkalimat, pengacuan (referensi), dan penyulihan (substitusi). Yang belum banyak dibahas ialah cara pemaduan antarparagraf. Padahal, itulah yang kita perlukan untuk membuat suatu tulisan mengalir dengan lancar pada tataran wacana.
Setelah merenung sambil menikmati semilir angin pagi berhujan dengan ditemani kopi Bangka yang mengepul, saya menyimpulkan empat cara pemaduan antarparagraf. Penelaahan ini belum tuntas dan memerlukan penelitian yang lebih komprehensif dengan contoh-contoh nyata. Tentu saja penelitian itu tidak akan selesai hanya dalam waktu sepeminuman teh, eh, kopi.
Pertama, konjungsi antarparagraf. Beberapa konjungsi antarkalimat seperti “sementara itu” atau “dengan demikian” dapat dipakai pada awal paragraf untuk menyambungkan dengan paragraf sebelumnya. Perlu dikaji apa saja konjungsi antarkalimat yang bisa dipakai sebagai konjungsi antarparagraf. Sebaliknya, perlu juga dicari apakah ada konjungsi antarparagraf yang tidak bisa menjadi konjungsi antarkalimat.
Kedua, pengulangan kata. Kata atau frasa kunci yang dimunculkan lagi pada sebuah paragraf akan mengingatkan pembaca akan gagasan—dengan kata kunci itu—yang dicuraikan pada paragraf sebelumnya. Paragraf kedua tulisan ini menggunakan teknik itu dengan mengulang frasa “pemaduan antarparagraf”. Tampaknya teknik ini yang paling gampang diterapkan.
Ketiga, kalimat perangkai. Simpulan gagasan paragraf sebelumnya dapat dinyatakan ulang dalam bentuk kalimat lengkap yang berbeda. Ketika kalimat perangkai simpulan dari paragraf sebelumnya itu diletakkan pada awal paragraf, kalimat utama paragraf deduktif harus digeser setelah kalimat perangkai itu. Saya belum tahu apakah ini bisa kita lakukan. Alternatifnya, paragraf itu diubah menjadi paragraf induktif agar letak kalimat utamanya tidak terlalu dekat dengan kalimat perangkai.
Akhirnya, paragraf perangkai. Ini merupakan jurus terakhir yang dapat dipakai ketika bahasan akan berpindah dengan cukup tajam. Paragraf perangkai, yang disebut juga paragraf transisi pada beberapa rujukan, dapat meringkas atau menyimpulkan bahasan sebelumnya dan memperkenalkan bahasan selanjutnya.
Yang juga menarik, kita memakai akhiran “-kan” pada “memadukan paragraf”, tetapi kita tidak memakai akhiran itu pada “memadu janji” atau “memadu kasih”. Kenapa, ya?
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.