Cerita yang menarik melibatkan emosi pembaca dan membuat mereka penasaran dengan cerita itu. Pencerita yang piawai akan mengembangkan cerita yang menarik dengan memanfaatkan berbagai elemen, seperti karakter, latar, dan plot. Dalam buku Steal This Plot: A Writer’s Guide to Story Structure and Plagiarism (1985), June dan William Noble menyebutkan beberapa penggerak plot (plot motivator) umum dalam sebuah cerita.

Menurut buku tersebut, ada tiga belas penggerak plot yang lazim dipakai dalam cerita, yaitu (1) pembalasan dendam, (2) bencana, (3) cinta dan kebencian, (4) perburuan, (5) duka dan kehilangan, (6) pemberontakan, (7) pengkhianatan, (8) penindasan, (9) pengorbanan diri, (10) kesintasan, (11) persaingan, (12) penemuan atau pencarian, serta (13) ambisi. Penggerak-penggerak itu yang menciptakan cerita dan situasi dramatis atau konflik yang diperlukan di dalam cerita. Kita dapat mengambil sebuah ide cerita, melekatkan satu atau lebih penggerak kepadanya, dan, taraaa, mendapatkan satu plot yang dapat dikembangkan.

Pembalasan dendam (vengeance) adalah sebuah obsesi. Ia dapat menggerakkan manusia untuk melakukan apa pun, menimbulkan konflik, bahkan perang. Akhiles, misalnya, membunuh Hektor dalam Iliad untuk membalas dendam atas kematian Patroklos, sepupu Akhiles.

Bencana (catastrophe) secara alamiah membawa elemen ketegangan, drama, konflik, dan perjuangan. Semua elemen itu merupakan penggerak yang kuat bagi cerita. Penggerak ini dapat berupa bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, kelaparan, dan penyakit, atau bencana buatan manusia, seperti perang.

Cinta dan kebencian (love and hate) adalah dua sisi mata uang. Sudah banyak sekali kisah yang digerakkan oleh kedua hal itu dalam berbagai bentuk dan skala. Meskipun begitu, cinta dan kebencian tidak pernah kering menjadi sumber cerita. Romeo dan Juliet dari Shakespeare, misalnya, mengusung tema cinta dengan berbagai konflik yang menyertainya.

Sebagai penggerak plot, perburuan (the chase) tampaknya paling baik digunakan pada cerita petualangan, cerita misteri, atau cerita tegang (suspense). Perburuan melibatkan aksi dan konflik yang berpeluang untuk dieksploitasi menjadi ketegangan. Les Miserables dari Victor Hugo merupakan contoh cerita yang menggunakan plot perburuan.

Reaksi dan kenangan terhadap duka dan kehilangan (grief and loss) juga merupakan penggerak plot yang kuat, khususnya yang disebabkan oleh kematian. Manusia tidak dapat lari dari kematian dan harus menanganinya. Konflik dan drama perasaan yang muncul sangat berpeluang diekploitasi untuk menciptakan cerita.

Pemberontakan (rebellion) adalah penentangan terhadap otoritas, yang kerap berdampingan dengan penggerak berupa kesintasan. Secara alamiah, pemberontakan melibatkan aksi dan konflik yang dapat membangun cerita, bahkan dalam skala kecil, misalnya pemberontakan anak terhadap orang tuanya, atau pegawai terhadap atasannya.

Cerita tentang pengkhianatan (betrayal) membawa emosi dan reaksi yang kuat. Ketika kita memercayai seseorang dan dia dengan sengaja mengambil keuntungan untuk memperoleh sesuatu dari kepercayaan itu, kita merasa tersakiti dan, tidak jarang, ingin membalas dendam. Jalinan pengkhianatan dan pembalasan dendam itu dapat menjadi penggerak plot yang alami.

Penindasan (persecution) sebagai penggerak plot dapat digambarkan baik dari kacamata pelaku maupun penderita. Penggerak ini dapat memunculkan emosi pembaca dalam bentuk keberpihakan kepada salah satu pihak. Prinsip individu sangat berpengaruh terhadap keberpihakan itu.

Pengorbanan nyawa merupakan bentuk tertinggi pengorbanan diri (self-sacrifice). Penggerak plot itu muncul pada berbagai epos dan kisah dalam kitab suci. Pengorbanan nyawa juga dapat dilakukan oleh pahlawan, yang menimbulkan penghormatan kepadanya. Meski begitu, pengorbanan dalam bentuk yang lebih kecil, seperti pengorbanan prinsip, juga dapat menjadi pemicu empati pembaca.

Kesintasan (survival) merupakan salah satu penggerak plot terbaik karena mengandung elemen utama ketegangan cerita. Ketegangan dapat muncul dari cara untuk sintas, siapa yang akan menyintas, bahkan kapan kesintasan itu terjadi.

Persaingan (rivalry) adalah kompetisi. Cerita dapat muncul dari perasaan atau tindakan dari dua atau lebih pihak yang bersaing. Konflik yang muncul dari persaingan dapat ditingkatkan oleh penulis dengan melihat berbagai aspek. Persaingan pun dapat ditilik pada berbagai tingkatan: individu, organisasi, bahkan negara.

Penggerak plot berupa penemuan atau pencarian (discovery or quest) mirip dengan perburuan. Drama yang muncul dalam proses pencapaian tujuan dapat digabungkan dengan berbagai perilaku, seperti harga diri dan ketamakan. Semua itu merupakan elemen penting untuk mengaduk emosi pembaca dan menggerakkan plot.

Ambisi (ambition) memiliki beragam wajah serta terwujud dalam kekuasaan, prestise, kekayaan, penghargaan, atau kombinasi di antara keempatnya. Pencapaian ambisi dan keterbatasan dalam pencapaian itu merupakan sumber penggerak plot yang menciptakan ketegangan. Latar untuk cerita yang digerakkan oleh ambisi pun sangat banyak: bisnis, olahraga, perang, sains, dan berbagai hal lain.

Menurut June dan William Noble, tiga belas penggerak plot umum itu selanjutnya dapat dipadukan dengan tiga belas bumbu cerita (story spicer), seperti bunuh diri atau konspirasi. Kita akan bahas bumbu cerita itu pada kesempatan lain. Sekarang, coba buat cerita dengan mengambil diri Anda sebagai tokoh utama. Menjadikan diri sendiri sebagai tokoh utama cerita merupakan pendekatan penceritaan yang termudah karena kita tidak perlu terlalu banyak mengarang karakter yang akan diciptakan. Selanjutnya, gerakkan plot cerita dengan salah satu dari tiga belas penggerak plot umum itu.

Penyunting: Shafira Deiktya

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 4

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.