Selamat ulang tahun, Ayah.

Nca sering bilang, cara paling baik oleh orang tua dalam mencintai anaknya adalah dengan sehat selalu dan berumur panjang. Semoga.

Sudah lima tahun Ayah tidak menghabiskan ulang tahunnya di rumah. Ia seorang anggota FPI yang taat mengabdi, bahkan pada hari yang menurut kami, keluarganya, sangatlah spesial. Ia seorang anggota yang meyakini kebenaran, bahkan pada hari-hari ketika ia mesti melawan kolega seperjuangannya atas hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal.

Sudah selesai tugasnya mengajar. Ia, ayahku, seorang dosen dengan masa bakti lebih dari empat puluh tahun.

Ulang tahunnya kali ini sangatlah berbeda. Kami semua meminta ia tidak ke Jakarta. Segenting apa pun, Ayah mesti mempersiapkan dirinya untuk masa tua baru, yakni masa tua untuk membayar waktu yang sempat tersita panjang. Sudah enam bulan kami berdiskusi tentang apa-apa saja rencananya ke depan saat pensiun. Selain perayaan, ulang tahunnya sekarang ini tentu menjadi titik tolak untuk hari-hari ke depan yang penting untuk kami pikirkan.

Selamat ulang tahun, Ayah.

Kalau ini adalah babak baru, mudah-mudahan segala yang dilakukan tidak membawamu kepada keburukan apa pun.

Sebagai anak, saya heran, dengan watak seperti itu, mengapa ia sangat dicintai mahasiswa dan kroninya? Karena kalau menjadi mereka, jangankan untuk mencintai, mengobrol saja saya ndak mau. Mungkin kalau posisinya berbalik, mereka juga ndak mau jadi anak Ayah. Ternyata sudah benar begini jalannya: Saya jadi anak dan mereka jadi teman Ayah. Dengan begitu, kami semua dapat mencintainya dengan cara masing-masing lebih dari siapa pun.

Pelepasan purnabakti Ayah jadi titik awal kepurnaan saya menjadi putri bungsunya. Melepas profesinya berarti menyempurnakan keluarga. Dan, ada saya di dalam kesempurnaan itu.

Dua Desember kemarin, kami memulai siasat dengan segala rencana kami tentang mobil manual , kolam lele di berbagai kota , beternak sapi, lukisan belakang truk , mengambil risiko berbisnis atau belajar saham, mengetrip Pulau Jawa, dan menikahkan saya pada kemudian hari. Semua terasa seperti bapak-bapak sungguhan. Proses kami terjadi begitu cepat, mulai dari seorang putri lugu berusia empat tahun yang digendong di atas pundak Ayah saat melewati Lembah Punclut sampai nanti entah ke mana lagi. Saya begitu senang, ingatan terdini saya adalah tentang menaiki pundak Ayah. Merawat ingatan itu adalah bukti bahwa saya yakin untuk mencintainya lebih dari apa pun.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.