Brokoli
Entah sejak kapan, aku jadi bisa suka makan brokoli. Aku ingat, kamu pernah makan brokoli pada menu swedish meatballs dari IKEA. Aku pun penasaran dan ingin mencoba makan brokoli (pada menu lain yang aku tidak ingat apa namanya). Hmm, lumayan. Ternyata rasanya enak. Hanya saja teksturnya menurutku agak lucu.
Sebenarnya, aku mengasosiasikan brokoli dengan kamu. Rambutmu, tepatnya. Sering kali aku menunjukkan bahwa kamu punya rambut brokoli. Memang, rambutmu tidak seikal itu. Aku hanya terkesima dengan rambutmu yang terkadang bisa menjadi sangat tinggi ketika tatanannya sudah menyerah. Yap, mirip brokoli.
Hari-hariku seakan lebih cerah setelah aku mengetahui bahwa brokoli ternyata memiliki rasa yang enak. Layaknya brokoli yang tidak kusangka akan aku sukai, kamu pun sama. Banyak hal yang tidak aku perhatikan sebelumnya, kini menarik perhatianku. Contohnya, aku jadi sering memperhatikan wajah orang-orang dan bergumam, “Apakah mereka punya tahi lalat di wajah mereka?” karena kamu punya beberapa tahi lalat yang indah di wajahmu.
Lalu, hal kecil yang kamu lakukan turut menarik perhatianku, seperti ketika kamu membiarkan tali sepatumu yang lepas. Karena gemas melihatnya, aku akan menyuruhmu untuk mengikat tali sepatumu itu. Aku jadi teringat, kali pertama kamu menalikan sepatumu di depanku. Saat itu, kita hendak berkencan cantik untuk pertama kalinya. Aku sedang membuka pagar rumah ketika kamu berlutut satu kaki untuk menalikan sepatumu. Begitu kamu mendongakkan kepala, langsung kamu puji penampilanku, “Aih, cantik banget, sih,” sambil tersenyum bangga. Aku yang salah tingkah dan kaget karena kamu sedang berlutut pun tertawa.
Masih banyak momen lucu bersamamu walau belum terlalu lama kita bersama. Sudah dua kali pula, rambut brokoli itu dicukur oleh ibumu. Kamu lebih suka rambutmu yang agak panjang, sedangkan aku lebih suka rambutmu yang agak pendek. Yang pasti, kamu sangat tidak ingin rambutmu dicukur habis.
Setiap hari, ada hal yang membuatku tertawa. Walaupun kamu tidak bermaksud melucu, aku mudah mengakak. Kamu pun selalu ikut tertawa mendengar suara tawaku. Sering kali, kamu yang terbahak-bahak karena tingkahku yang kikuk dan ada-ada saja. Apa, ya, yang akan kita tertawakan selanjutnya? Tentu saja, rambut brokolimu.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.