Saat masih SMA, saya tidak pernah memikirkan mau kuliah di mana, ambil jurusan apa, atau mau jadi apa setelah kuliah. Saya terlalu santai menghadapi perkuliahan sampai akhirnya saya masuk dan mengambil jurusan Manajemen yang tentu saja arahan dari ayah saya. Iya, saking tidak tahu mau apa dan jadi apa, saya lebih suka menuruti keinginan orang tua yang saat itu menginginkan saya masuk jurusan Manajemen Pemasaran.

Saat pertama kali mendaftar, yang terpikir oleh saya hanya, “Akhirnya kuliah, ya,” hanya sebatas itu. Bahkan hingga hari PKKMB atau masa orientasi mahasiswa diadakan, saya masih bingung harus seperti apa, bersikap seperti apa, apa yang perlu saya persiapkan, dan sebagainya. Yang terpikir oleh saya saat itu, ya, hanya belajar supaya lulus 3,5 tahun meskipun belum tahu apa tujuannya setelah lulus.

Tahun pertama perkuliahan adalah tahap paling membingungkan. Saat itu saya masih mengikuti peraturan sekolah yang saklek. Jadwal kuliah harus penuh, materi harus dicatat seutuhnya, dan rasa takut dimarahi dosen karena terlambat. Namun, suatu hari tiba-tiba teman saya mengajak bolos mata kuliah. Saat itu, saya takut sekali karena belum pernah tahu rasanya membolos. Saya takut dicari oleh dosen saya. Namun, ternyata setelah mengetahui sistem kampus, tiba-tiba bolos menjadi kesempatan saya.

Pada semester ke-2, saya seperti merasa tidak punya semangat kuliah. Saya malas bertemu orang, bersosialisasi, bertemu dosen, mengerjakan tugas, dan sebagainya. Kemalasan itu menyebabkan penurunan nilai yang signifikan. Nilai saya turun hingga 0,5 poin saat itu.

Namun, penurunan tersebut menjadi tamparan sekaligus batu loncatan bagi saya karena setelahnya saya menyesali semua perbuatan saya yang menyebabkan kehancuran bagi diri saya sendiri. Pada semester ke-3 saya akhirnya mampu memperbaiki nilai dan keaktifan saya di kampus. Saya merasa bersalah dan marah karena tahun pertama saya diisi dengan hal yang tidak bermanfaat. Maka, setelah kejadian tersebut, saya menjadi lebih berhati-hati untuk melakukan sesuatu dan mencoba multi-tasking untuk meningkatkan produktivitas saya.

Itulah sepenggal kisah masa lalu yang selalu saya sesali hingga saat ini dan menjadi pelajaran: tidak selamanya hal baru itu perlu dicoba begitu saja. Jadi, hati-hati jika ingin mencoba hal baru, ya!

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.