Saya baru saja mau mengambil air wudu setelah bangun tidur. Iya, semenjak kerja dari rumah, saya jarang mandi pagi kecuali ada acara penting. Mandi tidak mandi, toh, kegantengan saya ditentukan dari resolusi kamera untuk rapat virtual, kan? Saya pun sadar bahwa air di kamar mandi tidak mengalir begitu deras. Saya cek penampung air: kosong. Pompa air saya masih menyala, tetapi mengeluarkan suara aneh yang tak seperti biasanya dan ada sedikit asap kecil dari kapasitornya. Oke, pompa air saya pasti rusak.

***

Kamis adalah hari yang tidak terlalu ramai untuk divisi saya. Biasanya, hanya ada satu kegiatan. Itu pun dilaksanakan pada malam hari. Saya sering menggunakan hari Kamis untuk libur sejenak. Libur di sini maksudnya tidak terlalu memperhatikan urusan pekerjaan dan menyelesaikan urusan lainnya di rumah. Pada Rabu malam, saya memang sudah mengontak dokter hewan langganan saya. Salah satu kucing saya sudah tiga hari terakhir terlihat lemas. Hari pertama, dia masih mau makan makanan kering dicampur dengan makanan basah khusus yang biasanya saya berikan jika ada kucing saya yang terlihat lemas. Hari kedua, ia sudah tidak mau makanan kering; hanya mau makanan basah. Itu pun harus disuapi. Hari ketiga, ia sama sekali tidak mau makan. Pada hari itu pula saya langsung menjadwalkan untuk membawa kucing saya ke dokter hewan.

Kamis pagi, saya bawa kucing saya ke dokter hewan. Sampai di sana, dokter langsung melakukan pengecekan darah kucing saya. Kondisinya cukup mengkhawatirkan. Trombositnya terpantau rendah.

“Kalau manusia, ini seperti gejala demam berdarah,” kata dokter hewan.

Kucing saya juga dehidrasi dan lemas karena tak ada energi masuk. Dokter langsung memberi tindakan infus agar kucing saya terhidrasi. Setelah selesai menginfus, dokter menyuntik kucing saya dengan obat dan vitamin. Saya diperbolehkan membawa kucing saya pulang dan merawatnya di rumah. Alhamdulillah, saat tulisan ini dibuat, kondisinya sudah berangsur-angsur membaik.

Selesai mengurus kucing, saya teringat masalah pada pagi hari tadi. Pompa air saya berasap dan tidak menyedot air. Saya ingat, ketika sedang libur, Ayah sering mengecek pompa air dan mengganti filter reverse osmosis yang ada di rumah. Tak jarang juga Ayah menguras bak penampungan sendiri. Sampai sekarang, saya masih bingung bagaimana orang dengan postur tubuh seperti Ayah bisa masuk ke dalam bak penampungan itu. Tukang penguras penampungan yang saya panggil pun sempat kebingungan mendengar cerita saya. Ayah 1, tukang penguras penampungan 0.

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.