Saya pernah merasakan bekerja luring sebelum virus korona menjadi pandemi dunia. Sekarang, saat pandemi virus korona melanda dunia, saya merasakan yang sebaliknya: bekerja daring. Kadang-kadang saya berpikir, bagaimana kalau kita akan terus daring sampai dua puluh tahun ke depan?

***

Kalau bisa diibaratkan, virus korona adalah start-up yang sangat sukses. Ia berhasil memengaruhi seluruh dunia untuk ikut dengan “cara mainnya”. Salah satu yang harus berubah adalah cara orang bekerja.

Pada 2017—2019, saya rutin ikut dalam berbagai proyek kegiatan luring, mulai dari seminar sampai konser musik. Saat itu, saya dan tim sama sekali tidak mengenal platform rapat daring. Paling-paling, kami menggunakan aplikasi Line untuk mengadakan rapat melalui ruang obrolan. Rapat daring saat itu tak semudah rapat tatap muka. Interaksi mata ke mata memang tak bisa digantikan.

Waktu itu, saya bahkan sempat terpaksa pulang ke Jakarta selama satu malam demi menghadiri rapat luring yang dianggap penting dan kembali ke Surabaya pada malam harinya. Sungguh perjalanan yang menguras energi dan biaya.

Beberapa tahun setelahnya, virus korona menjadi pandemi di bumi. Pembatasan jarak dan penghindaran kerumunan menjadi pilihan utama untuk mencegah penyebaran virus. Sama sekali takterbayang berbagai keputusan besar dalam urusan pekerjaan harus dilakukan secara daring, tanpa melihat waktu dan tempat. Contohnya ketika saya bergabung dengan Narabahasa. Dari awal sampai mulai bekerja, saya tidak pernah bertemu dengan orang-orang yang menyeleksi saya. Semua dilakukan secara daring. Dan, semuanya berjalan dengan baik.

Waktu berjalan begitu cepat. Dunia daring ini berjalan dengan cergas. Namun, tak semua orang siap dengan perubahan ini. Salah satu alasannya karena mereka sudah terbiasa menggunakan pola lama. Contohnya adalah para mantan pengurus himpunan saya di kampus. Seperti organisasi pada umumnya, himpunan mahasiswa melakukan kaderisasi setahun sekali. Sebelumnya, saya memang sempat menjabat sebagai ketua himpunan yang melakukan beberapa perombakan esensial tentang kaderisasi. Beberapa kali saya mendapatkan pertanyaan dari mereka terkait kaderisasi yang harus dilakukan secara daring. Mereka yang selama ini nyaman dengan pola luring untuk kaderisasi merasa kebingungan menyesuaikan diri dengan proses daring ini.

Saya yakin masih banyak hal yang harus terpaksa daring seperti itu. Saya sempat mewawancarai beberapa orang dalam rangka rubrik #TerpaksaDaring yang tayang di siniar saya, Podcast Bahasa. Satu hal lainnya, saya sebagai introver cukup bersyukur atas kondisi serba daring saat ini. Lagi pula, semua hal akan tetap memiliki momen-momen pertama, kan?

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.