14.33 WIB

Sudah berjalan dua setengah jam semenjak pompa air baru ini sampai ke rumah saya. Saya sudah mencocokkan pemasangan berdasarkan pompa sebelumnya, tetapi air masih nihil keluar. Terhitung sudah tiga kali saya bongkar-pasang pompa ini untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar dan air bisa segera keluar.

14.49 WIB

Saya menyalakan pompa air untuk yang kelima kalinya. Sambil menunggu, saya duduk di teras dan berpikir. Jika saja percobaan kelima ini tak membuahkan hasil, apa yang harus saya lakukan? Mau tidak mau, saya harus menghubungi tukang pompa air untuk mengecek ke rumah saya.

Sembari menunggu apakah pompa bisa bekerja, saya menghubungi tukang pompa yang pertama kali saya datangi. Saya memfoto konfigurasi pompa yang telah saya pasang dan menanyakan kenapa tak ada air yang mengalir, padahal susunannya sudah benar.

“Itu mah mesin pompanya rusak. Baru beli harusnya langsung nyala.” Balasnya singkat, padat, dan terasa judes.

Sepertinya ia tahu, pompa itu saya beli bukan di tokonya, melainkan di toko lain. Padahal, ia juga menjual mesin pompa dengan tipe serupa. Nanya doang beli kagak, ngapain juga dibantuin.

15.05 WIB

Sudah lima belas menit lebih pompa saya nyalakan, tetapi belum ada juga tanda-tanda air mengalir keluar. Dinamo pompa saya malah cenderung panas. Itu menandakan mesin sudah bekerja dengan baik, tetapi tidak ada air yang ditarik ke atas. Apakah karena sumur artesis saya tak ada air?

15.09 WIB

Saya kemudian membongkar konfigurasi yang sudah saya lakukan untuk keenam kalinya. Namun, kali ini saya ingin mengecek apakah sumur artesis memiliki simpanan air yang cukup. Saya potong pipa yang menghubungkan pompa ke sumur artesis. Sumur ini dalamnya sekitar 15 meter, dengan diameter sekitar 13 cm saja. Lalu, ada pipa dengan diameter 5 cm yang terhubung ke pompa, dan dimasukkan ke dalam sumur itu.

Saya tak pernah membongkar-bongkar pompa ini sebelumnya. Masalah pertama pun muncul. Bagaimana caranya menahan pipa sepanjang 13 meter agar tetap di tempatnya? Jika pipa yang harusnya terhubung dengan pompa ini saya diamkan, sudah pasti akan tenggelam. Panjang pipa hanya 13 meter, dibandingkan dengan kedalaman sumur yang 15 meter. Saya juga tak mungkin memeganginya dengan tangan kiri dan mengecek pompa hanya dengan satu tangan.

Ketika berpikir, saya melihat ada semacam tali dan kayu yang diikatkan secara longgar ke pipa oleh ayah saya pastinya. Saya bergumam, “Apa caranya dengan mengikat tali ini ke pipa, ya?” Saya coba kencangkan ikatan itu ke pipa dan benar! Kayu yang terikat dengan tali itu menyangga pipa sehingga tidak selip ke dalam sumur.

15.31 WIB

Dahulu, ayah mungkin sudah memikirkan ini. Jika dirinya sudah tidak di dunia, sayalah yang mengurusi urusan pompa ini di rumah. Karena itu, terpikirlah sebuah konfigurasi sederhana yang nyatanya sangat membantu saya yang kebingungan ini. Benar, ternyata ayah lebih pintar dari saya.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.