Ideal
Akhir pekan yang ideal bagiku ialah bangun pagi-pagi sekali, mandi, kemudian berolahraga. Terdengar normal, tetapi bagiku itu adalah hal yang baru. Kehadiran seseorang yang penting di hidupku mengubah akhir pekanku yang biasa-biasa saja menjadi lebih menyenangkan dan berwarna. Ia dan keluarganya menerimaku dengan sepenuh hati, seakan mengisyaratkan bahwa aku memang sudah menjadi bagian dari mereka.
Pagi itu, dengan semangat aku bangun dari kasurku. Meski masih terkantuk-kantuk, kubayangkan hari itu akan menjadi hari yang tidak terlupakan bagiku. Benar saja, aku langsung bersemangat untuk mandi meski masih setengah sadar. Aku pun bersiap-siap. Begitu kupakai sepatu dan kukunci pintu depan, aku bergegas ke depan rumahnya. Terlihat ibunya sedang masuk ke mobil menuju kursi di samping pengemudi. Sementara pacarku, sosok yang menggemaskan itu, bersiap duduk di kursi pengemudi. Wah. Ini pertama kalinya ia mengemudi mobil denganku. Aku pun mencubit lengannya untuk menunjukkan bahwa aku menyemangatinya dan ia pun tertawa. Aku masuk ke mobil. Di sebelahku duduk adik perempuannya yang imut. Kusapa ia dan ibunya kemudian kami pun pergi.
Selama di perjalanan, ia begitu lancar mengemudikan mobil, kecuali untuk satu hal yang lumrah terjadi pada pengemudi mobil manual yang masih belajar, yaitu kesulitan menyeimbangkan gas dengan kopling. Sempat ada satu mobil sok superior yang membunyikan klakson pada mobil kami, pertanda ia ingin terbang saja alih-alih memaklumi kami dan mengitar ke jalur sebelah.
Begitu sampai di tujuan, kami pun berpisah: aku dengan pacarku, ibunya dengan adiknya. Kami akan jalan pagi. Ini pertama kalinya juga aku jalan pagi di sana. Entah mengapa, aku dan keluargaku memang bukan tipe yang rutin berolahraga pagi di jalan raya.
Hari normal bagi kebanyakan orang justru merupakan hari ideal yang kudambakan selama ini. Kami berjalan kaki dan berpapasan dengan ratusan orang dari arah yang berlawanan. Beberapa kali aku melihat ulat bulu yang lucu di trotoar. Setiap kulihat ulat bulu, kuhitung dengan lantang. Pada hari itu, kutemukan—sedikitnya—enam ulat bulu yang berlenggak-lenggok.
Angin sepoi-sepoi menggelitik kami. Lama-kelamaan, kami lelah juga. Kami pun membeli kentang hash browns serta es krim di gerai makanan cepat saji berinisial M. Setelah duduk sejenak di taman untuk menghabiskannya, kami berkumpul kembali dengan keluarganya untuk ditraktir makan. Lalu, kami makan gelato dan mengabadikan momen tersebut. Senang sekali aku pagi itu. Selain merasa begitu diterima oleh keluarganya, aku juga berhasil mencentang daftar keinginanku karena telah menjalani hari yang menurutku ideal.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.