Saat ini otakku buntu, bolak-balik aku mencari inspirasi tentang apa yang mau aku tulis, tetapi tetap tidak muncul idenya ke permukaan. Biasanya inspirasi menulisku muncul dari hal-hal yang terjadi pada diriku, lingkunganku, ataupun cerita yang datang dari mimpi-mimpiku yang majemuk.

Mulai kubuka laman Aksaranara. Kubaca satu per satu tulisan yang pernah kubuat. Aku mencoba mencari ceruk yang bisa kugali. Kulanjutkan menjadi sebuah tulisan baru atau setidaknya aku bisa membuat sambungan dari ceritaku yang lama. Akan tetapi, tetap saja aku tidak menemukan titik terang apa yang mau kuketik pada lembar putih ini.

Lalu aku mulai membuka tulisan teman-temanku. Apakah ada inspirasi yang bisa kudapat di sana? Apa saja ide cerita mereka? Kenapa mereka bisa terpikir untuk menuliskan itu? Bagaimana cara mereka mengisahkannya? Ah, makin lama kulihat, makin aku merasa imajinasi belum seliar mereka. Aku merasa jumlah buku yang kubaca pasti tidak sebanyak mereka. Tiba-tiba kurasa sesal karena abai dengan asupan penting otakku.

Seketika teleponku berdering. Kakakku yang tinggal di luar kota menelepon. Pembicaraan panjang pun terjadi sampai akhirnya aku menyampaikan kebuntuanku ini. Lalu dia menyarankan untuk melihat beberapa tulisan pada salah satu grup menulis di Facebook. Dia memberiku beberapa referensi penulis. Menurutnya, itu bisa menjadi inspirasi. Jariku mulai memainkan gawai. Aku coba mencerna tulisan-tulisan mereka.

Mayoritas yang ditulisnya adalah adalah cerpen. Ceritanya sederhana: kejadian-kejadian sederhana yang dibungkus menjadi cerita yang menarik minat baca.

“Aku mau mulai dari mana?”

Aku duduk bersandar pasrah. Apa yang harus kutulis? Makin kupikirkan, tengkukku makin berat. Aku sudah berjanji kepada temanku yang bertanggung jawab dalam pengumpulan tulisan ini bahwa aku akan mengumpulkannya sebelum pukul 23.59 malam ini. “Tuhan, ini sudah pukul sepuluh malam! Tolong aku,” bisikku lirih.

Ketika menoleh ke kiri, kulihat orang-orang yang kusayang sudah mulai terlelap satu per satu. Salah satu dari mereka tidur dengan dengkuran halus. Lama-lama dengkuran halus itu bagaikan ninabobo yang menyeret kakiku untuk segera bergabung di alam mimpi mereka. Namun, aku belum bisa melakukannya. Tugasku belum rampung.

Huh, waktu berjalan terus. 1,5 jam lagi tulisan ini sudah harus kuserahkan agar aku tidak masuk dalam catatan orang-orang yang lalai dalam tugas. Satu catatan: Aku pribadi tidak pernah berkeberatan melakukan tugas ini. Aku sangat bergairah saat tahu tugas ini ada karena ini adalah bentuk paksaan agar aku konsisten mewujudkan mimpiku jadi penulis.

Hai, ide, muncullah! Jangan kaubiarkan otak ini bekerja tanpa hasil. Aku mulai lelah memikirkan apa yang mau aku tulis. Aku butuh kau muncul agar 400 kata bisa aku tik pada lembar putih ini. Akan tetapi, jangan kauberi aku ide yang murahan. Beri aku sesuatu yang bisa menggoreskan rasa pada orang-orang yang membaca baris-baris tulisanku.

Telapak tanganku mulai menopang kepalaku yang berat karena berpikir. Makin ditopang, makin tak tahu apa yang mau kutulis karena mata yang ada di kepalaku ini mulai dimanjakan oleh sinar redup laptop yang seolah membiusku. Liar aku mencari ide, tetapi yang kulihat tetaplah gelap malam yang tak berbintang.

Aku lelah!

Mels 😉
Tangerang Selatan, 7 Agustus 2021

 

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 4.5 / 5. Jumlah rating: 2

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.