Momen Pertama Kali
Tenang aja, Kak. Setiap orang pasti ngalamin momen pertama kali dalam hidup,” jelas Mama ketika saya curhat mengenai kegelisahan saya menjelang semester akhir kuliah pada tahun 2020 lalu. Kala itu saya merasa gelisah ketika hendak mengerjakan skripsi. Saya belum terbayang betul skripsi yang baik itu seperti apa. Dua tahun kemudian, tepatnya hari ini, saya merasakan kegelisahan yang sama sebagai mahasiswa semester akhir. Bedanya, hari ini saya sudah memiliki sedikit bekal. Kendati demikian, ini adalah momen pertama (dan semoga terakhir) saya menulis tesis.
Saya meresapi kembali perkataan Mama dua tahun yang lalu. Betul juga, setiap orang pasti mengalami momen pertama kali dalam hidup. Seorang penari pasti pernah mengalami momen pertama kali menari di hadapan orang banyak sebelum akhirnya ia terbiasa untuk menerima panggilan pentas sana sini. Bisa jadi saat itu ia mengalami kegelisahan yang sama seperti yang saya rasakan.
Sepertinya rasa gelisah itu muncul karena saya harus keluar dari zona nyaman. Kepala saya penuh dengan bayangan meriset topik, menemukan masalah, menghubungi dosen pembimbing, mengerjakan revisi, menghadiri sidang, dll. Bukannya saya membenci riset, justru saya senang sekali melakukannya. Akan tetapi, mengetahui fakta bahwa tesis inilah yang akan menentukan apakah perjuangan selama satu tahun berbuah manis atau pahit membuat saya sedikit gugup.
Yah, walaupun begitu, perkataan Mama selalu terngiang dalam kepala. Setiap orang pasti mengalami momen pertama kali dan mereka berhasil melaluinya. Prosesnya mungkin perih, tetapi yakinlah rasa tidak nyaman itu yang membentuk manusia menjadi lebih kuat. Kegelisahan yang saya rasakan masih ada, tetapi setidaknya jauh lebih baik setelah saya membuat tulisan ini.
Terima kasih sudah membaca.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.