Saya hendak membuat pengakuan dosa. Jujur, saya sudah mempersiapkan lembar kerja untuk tulisan swalatih, tetapi masih belum menemukan topik tulisan yang harus dibuat. Sekarang, saya malah menjadikan lembar tulisan ini sebagai perenungan diri sekaligus pengakuan dosa.

Saya menyadari bahwa bekerja di dunia sumber daya manusia (SDM) akan banyak berinteraksi dengan manusia. Bidang ini membutuhkan pikiran yang tenang dan hati yang tulus ketika sedang berinteraksi. Mengapa? Lagi-lagi jawabannya karena berhubungan dengan manusia. Manusia memiliki karakteristik yang berbeda tiap individunya. Untuk mengenalnya lebih jauh, kita perlu pendekatan-pendekatan tertentu yang membutuhkan waktu. Ortega Y. Gasset, seorang filsuf Spanyol, menjelaskan manusia sebagai sosok yang mampu merenungkan diri. Perenungan ini yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Tentu saja itu karena manusia memiliki akal sedangkan makhluk hidup lainnya tidak. Dengan demikian, manusia akan terus berkembang dan sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.

Hal ini berhubungan dengan posisi saya saat ini sebagai Spesialis SDMA yang harus mengoordinasikan dan memastikan semua tim mengumpulkan swalatih. Jujur saja  hal itu menjadi ujian tersendiri. Bayangkan saja, jika saya sosok yang antipati, cuek, acuh, dan pasif, pasti koordinasi pengumpulan tidak akan pernah tercapai. Saya menyadari keseluruhan pekerjaan Divisi SDMA berisi koordinasi dengan manusia. Arti koordinasi sendiri menurut KBBI adalah perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. Oleh karena itu, alasan ini yang menjelaskan jika bekerja di bidang SDMA membutuhkan pikiran yang tenang dan hati yang tulus. Sebab, saya perlu mengerti kondisi teman-teman. Saya tidak pernah tahu kondisi seseorang sedang dalam keadaan seperti apa jika tidak pernah ada komunikasi di dalamnya.

Lalu, apa pengakuan dosa saya? Pengakuannya adalah saya terlambat mengumpulkan tulisan ini. Saya sedang mengalami lewah pikir. Saya terlalu lewah karena memikirkan pembahasan tulisan yang tidak kunjung jelas. Saya belum menemukan kejelasan secara utuh tulisan apa yang hendak saya tulis. Hal lain yang sedang saya pikirkan ialah tugas saya yang perlu mengingatkan teman-teman untuk mengumpulkan tulisan, padahal saya sendiri belum membuat tulisan. Ini menambah pikiran saya menjadi lebih lewah, apalagi mengingat tenggat yang sudah dekat. Semoga perenungan ini tidak terulang kembali. ☺

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.