Pada suatu pagi di akhir bulan Oktober lalu, saya mengernyitkan dahi saat melihat pemandangan tak biasa di layar ponsel saya. Tanda centang dua tak kunjung muncul dalam pesan yang saya kirimkan melalui WhatsApp untuk seorang kawan lama. Kami memang sudah nyaris tak saling menyapa lebih dari setahun. Namun, selama nyaris lima bulan terakhir, saya rutin melakukan komunikasi searah setiap seminggu sekali. Mengirimkan pesan yang entah dia baca atau tidak. Akan tetapi, baru kali ini pesan saya tak terkirim dan saya tak dapat lagi melihat foto profilnya. Pada akhirnya, saya sadar bahwa nomor saya sudah diblokir.

Ada perasaan dalam diri saya yang menolak kenyataan bahwa ia benar-benar memutuskan hubungan dengan saya, kawannya sejak SMA yang berjuang bersama di bimbingan belajar yang sama hingga masuk ke universitas yang sama. Saya tahu ini terdengar konyol, tetapi tak pernah sekali pun skenario ini ada di benak saya. Lebih menyedihkannya lagi, saya makin terlihat naif. Sudah banyak teman yang meminta saya untuk berhenti menghubunginya karena ia pun turut memutus hubungan dengan beberapa orang terdekatnya sejak SMA.

Dengan menyingkirkan segala amarah dan keegoisan, saya menghujani ruang obrolan dengan pesan bertubi-tubi sejak pertengahan 2021. Alasan saya tak  keberatan melakukan hal tersebut karena saya bahkan tak tahu apa kesalahan yang saya perbuat. Katakanlah saya naif, berpikir pendek, dan tidak peka terhadap keadaan. Nyatanya, saya memang percaya bahwa suatu saat kawan saya akan membalas pesan saya. Segala kepercayaan saya menambah ironi dari peristiwa menyedihkan ini.

Saya marah dan kecewa. Namun, entah mengapa masalah ini rasanya terlalu tua karena sudah berlangsung cukup lama. Meski kehilangan seorang teman biasanya terasa getir, saya sudah tak bisa merasakan pahitnya lagi. Entah saya sudah mati rasa atau memang ada bagian dari diri saya yang merasa lega karena tak perlu mengejar-ngejar sesuatu yang semu. Saya rasa, saya hanya membutuhkan sebuah kepastian. Sebuah penutup, meski tidak berakhir indah. Begitu juga dengan kawan saya. Jika ini memang akhir yang ia inginkan, saya akan memberikannya.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.