“Ada apa? Kenapa?” seru atasan.

Aku melihat atasanku yang berdiri sambal berkacak pinggang ke arahku; air mataku mulai mengembang dan tak bisa ditahan; akhirnya aku memeluk atasanku dan menangis sejadi-jadinya. Atasanku yang bingung membiarkanku menumpahkan segala gundah di hatiku.

“SP2! Kau selamat karena kau berkelakuan baik selama ini. Tapi, bukan berarti kasus ini berakhir sampai di sini, saya minta kamu masuk pada hari Sabtu dan Minggu. Cek semua kartu yang kamu tutup dan pastikan sudah tertutup semua,” lanjut atasannya sambil berlalu.

Aku bagaikan tersambar petir di hari yang panas ketika tiba-tiba rekanku mengatakan ada nasabah yang mengadu kartu kreditnya digunakan seseorang setelah proses penutupan olehku. Ketika aku membuka aplikasi dan menelusuri obrolan terakhir, memang tertera namaku membuat pernyataan bahwa kartunya sudah kututup. Namun, kenyataannya, kartunya masih aktif.

Duniaku rasanya langsung runtuh, tetapi kehidupan tetap harus berjalan. Selama satu bulan lamanya aku tetap masuk ke kantor untuk mengecek semua kartu yang kuproses tutup dan memastikan kartu-kartu tersebut sudah tidak aktif agar hal serupa tidak muncul lagi.

Dua bulan setelah SP2-ku berjalan, tiba-tiba aku mendapatkan kabar baik. Aku diangkat menjadi pemimpin bagi timku. Rasanya tidak percaya. Bagaimana mungkin SP2 masih bersisa empat bulan, tetapi bank besar bertaraf internasional ini bisa mengangkat aku jadi pemimpin dalam timku.

Lalu, aku masuk ke dalam ruangan atasanku untuk menanyakan mengapa. Jawabannya sangat sederhana “perilaku yang baik, komitmen, dan rasa kepemilikan yang tinggi’. Ya, menurutnya dan semua atasanku yang lainnya, aku memiliki tiga hal ini. Aku termenung dan berusaha mengingat apa yang sudah kukerjakan sebelumnya. Terharu! Pasti itu yang kurasakan. Pekerjaanku selamat hanya karena perilaku yang baik, komitmen, dan rasa kepemilikan yang tinggi.

Ketika kemudian berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, aku menyadari pola yang bekerja selalu sama. Orang pertama yang bisa melesat naik ke atas adalah orang yang pintar dan memiliki tiga hal tersebut. Orang kedua yang bisa naik walaupun tidak secepat yang pertama adalah orang yang mungkin tidak terlalu pintar, tetapi dia kuat dalam tiga hal tersebut.

Kepintaran tanpa didukung oleh ketiga hal itu tidak akan abadi. Mereka akan menjadi pintar untuk dirinya sendiri tanpa bisa memberikan kenyaman untuk orang sekitarnya. Orang di sekitarnya hanya akan sibuk membersihkan hasil pekerjaannya yang berantakan. Lalu, akhirnya dia akan keluar dengan diminta ataupun tidak diminta.

 

Mels 😉

Tangerang Selatan, 30 November 2021

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.