Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa Covid-19 menghampiri kami sekeluarga. Dari kondisi yang awalnya baik kemudian dalam sekejap mata pagar rumah kami digantungi selembar karton bertuliskan “sedang isoman” oleh Satgas Covid-19. Dalam swalatih ini, saya tidak akan menulis tentang pengalaman saya menjalani isoman, tetapi tentang kekaguman saya terhadap kamu yang menjadi ayah siaga dalam dua pekan ini.

Dua pekan yang sangat melelahkan mungkin buat kamu. Kamu mengurus saya yang sedang sakit ditambah tiga orang anak kecil yang sangat rentan tertular. Namun, apa pun yang terjadi, kamu tetap meyakinkan saya kalau kondisi di luar kamar aman terkendali.

Sempat saya berdebat dengan kamu untuk tidak mengatakan aman kalau seandainya kondisi memang sudah tidak aman, tetapi kamu tetap kekeh bertahan. Kamu meminta saya untuk percaya dan beristirahat di dalam kamar tanpa pikiran yang tidak menentu. Akhirnya, selama dua pekan kemarin, saya pun pasrah di dalam kamar. Saya coba menutup telinga dan mata akan hal-hal yang mungkin terjadi di luar. Bukan ingin cuek, melainkan karena saya ada asma dan tekanan darah tendah. Saya memang sangat tidak berdaya saat itu.

Pada malam ke-10, saya tidak bisa tidur. Seluruh tulang saya ngilu dan terasa pegal semua. Saya minta tolong kepada kamu untuk sedikit memijat kaki saya. Sontak saya kaget saat saya merasakan tangan kamu yang hangat menyentuh kaki saya. Saya bertanya, apakah kamu sakit? Kamu bilang tidak, tetapi hati kecil saya berkata bahwa kamu sakit dan mungkin sudah tertular. Saat itu saya hanya bisa berdoa supaya sakit kamu tidak parah karena dengan kondisi saya yang juga tidak bersahabat ini, maka anak-anak, terutama yang berusia dua tahun, akan merana.

Akhirnya yang demam jadi bergantian dalam dua pekan itu. Dalam kondisi itu, kamu benar-benar berperan menjadi ayah siaga: mengecek kondisi saya, mengecek kesehatan tiga anak, menyiapkan makanan, mencuci baju, membersihkan rumah, dan—di tengah itu semua—saya tahu kamu tetap berolahraga agar stamina kamu tetap terjaga. Kalau ditanya apakah saya terharu, pasti terharu. Hal ini tidak pernah terbayangkan jika kita berada dalam kondisi sehat. Tidak pernah terpikir kalau kamu bisa mengambil semua tanggung jawab itu tanpa ada bantuan sama sekali.

Tebersit hikmah dalam pikiran saya bahwa yang dibutuhkan dalam berkeluarga adalah ikhlas, sabar, dan terus berpikir positif. Kita semua pasti ada kekurangan, tetapi yang penting adalah bagaimana caranya kita saling menambal kekurangan masing-masing dan menjadikan itu sempurna dengan apa adanya. Saya hanya bisa bilang, “Nikmat Tuhan apa lagi yang ingin kau dustakan.” Dalam setiap sulit pasti Allah selalu memberi titik terang untuk kita jalani. Sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi sangat mungkin bagi-Nya dan baru kita sadari pada saat musibah itu berlalu.

Hari ini hari ke-21 setelah saya dinyatakan positif Covid-19. Lalu, hari ini keluarlah hasil tes mereka yang dua pekan lalu dilakukan di Puskesmas. Saya kaget sekali, kiranya kami semua positif Covid-19. Itu artinya kamu mengurus kami semua dalam kondisi kamu pun terpapar penyakit itu.

Terima kasih untuk kamu yang selalu siaga pada saat lelah dan terus meyakinkan kami kalau semuanya baik-baik saja.

Mels 😉

Tangerang Selatan, 25 Juli 2021.

Pukul 15.06 WIB.

 

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.