Sejak tahu dunia akan baik-baik saja meski tanpaku, aku berhenti mengharapkan berumur panjang. Menurutku, sebelum 27 tahun merupakan usia tepat. Kalau ucapan serupa doa, tidak henti aku merapalkannya. Dengan sedikit puji-pujian, doa kulayangkan.

Syahdan, doaku memang terbukti tidak pernah mujur. Sepanjang tahun-tahun sebelum 27, aku menerka terus-menerus apa itu hidup dan apa itu menghidupi. Dan, 27 tahun malah menemukan keyakinan baru untuk hidup dan menghidupi. Sesungguhnya seseorang hanya perlu selalu melalui dua perjalanan: ke luar dan ke dalam.

Perjalanan ke luar adalah tentang tubuh lahirmu yang bergerak ke sana kemari bersama perjalanan yang sesak dengan relasi. Sementara itu, perjalanan ke dalam adalah tubuh batinmu yang merangkak tanpa peta lewat hening, gusar, cemas, dan entah apa lagi. Betapa perjalanan inti bumi itu mengagetkanmu pada satu simpulan: Ternyata menjadi diri sendiri itu begitu menakutkan. Hanya jika aku menerima, ternyata bentuknya mengerikan. Makin tahu wujudnya, makin bias, abstrak, dan makin tidak menemukan apa-apa. Kalau ingin buru-buru menyelam, kali ini, tidak pernah ada cara lain selain berkarib dengan ketakutan. Alasannya sederhana, tubuh lahir bisa diubah dan dicitrakan, tetapi tubuh batin mempunyai kejujuran setidaknya untuk dirimu sendiri. Dan, seperti kita tahu, kejujuran yang sempat bersembunyi tidak pernah tidak membawa derita.

Kalau tubuhku mati, mana yang paling mungkin terbunuh duluan? Yang lahir atau yang batin?

Derita itu membawaku pada banyak kematian. Aku berpakaian serbahitam, mendatangi pemakaman dari yang pernah diperjuangkan. Aku melihat bagaimana bunga ziarah ditabur pada batu nisan bertuliskan rasa, harapan, pikiran, dan iman. Tubuhnya ternyata jalanan panjang. Banyak tapak kaki berbagai arah di sana. Banyak luka lebam karena riuh dendam. Nyawanya seperti dicabut paksa oleh Tuhan palsu.

Aku mendoakannya dan ikhlas dengan jalanan yang tak sedikit pun bisa aku mengerti. Genaplah sudah mayat itu menceritakan semua. Ia tidak mati, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya hidup.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 4.6 / 5. Jumlah rating: 7

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.