Setibanya di tempat ini, aku sungguh merasa bahwa kehilangan itu nyata. Tidak hanya atas dirimu, tetapi juga daya hidupku. Di batas samudra luas dan pasir-pasir hitam ini aku ingin sekali berteriak. Aku ingin orang-orang mendengar deretan kata yang tercipta dari asa yang putus. Akan tetapi, kata-kata itu melenyap pada suatu ruang dalam dada. Lalu kurasakan getaran dari rasa cemas, takut, dan kalut. Aku bertanya dalam diri, “Mengapa aku seperti ini?”

Aku kemudian tak lagi kuat berdiri dan memilih duduk menyaksikan matahari yang hampir pergi. Angin menghantam tubuhku yang payah. Ia seakan memaksaku untuk rebah di atas pasir-pasir basah. Aku tak mau. Tak ada yang boleh mengaturku. Tidak juga angin, tidak juga takdir. Namun, akhirnya aku kalah.

Aku melihat bayang-bayang para burung melintasi awan. Ke manakah mereka berpindah? Tidakkah mereka ingin mengajakku menembus kabut-kabut abadi Himalaya? Sayang sekali, mereka tak berhenti. Mereka tetap pergi bagai waktu yang tak akan kembali.

Kedua mata ini pun kupejamkan. Hawa hangat yang bercampur haru itu datang berdesir, membuatku berada di suatu alam yang lain. Pada saat seperti inilah aku mengingat dan menginginkanmu untuk hadir menemani. Aku ingin melihat matamu sedalam-dalamnya sambil membelai rambutmu, menyibak sehelainya ke atas telingamu. Kita tak perlu bicara apa-apa, kecuali rahasia yang terpendam cukup lama. Lalu, aku akan menyentuh pipimu sambil mengatakan beberapa kata dalam nada yang lirih.

Kubuka kembali mataku. Awan sudah menghitam. Aku mencoba duduk lagi dan mencari matahari. Akan tetapi, matahari sudah tak ada di sana. Sudah waktunya ia beristirahat. Ia meninggalkan manusia agar mereka belajar mencari penerangan sendiri.

Dengan diiringi suara ombak, aku kemudian bernyanyi seraya berdiri. Dalam kepalaku, segalanya telah mencapai batas dan tak ada lagi yang bisa kulakukan selain melewatinya. Maka aku pun melangkah menuju air yang bergelombang. Kutinggalkan pasir-pasir hitam. Kuserahkan jalanku pada dua kaki yang tegar ini. Biar mereka terus maju, membawaku menuju tempat yang tak pernah kutahu.

 

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.