Kuat
Kita terbiasa memendam apa pun yang kita alami sendiri. Karena katanya, menjadi dewasa artinya tumbuh untuk menyelesaikan segala masalah sendirian. Beradaptasi dengan masalah dan mengambil keputusannya sendiri. Namun, benarkah seperti itu? Apakah baik bagi kita memendam dan menyelesaikan masalah sendiri? Bagaimana jika ternyata keputusan yang diambil itu salah? Mengapa harus memendam perasaan? Apakah itu salah satu bentuk defensif kita agar terlihat kuat?
Menjadi dewasa bukan untuk memendam rasa atau emosi yang kita punya, tetapi mengontrol emosi yang ada. Emosi seperti rasa sedih, kecewa, marah, bahagia, dan sebagainya adalah hal yang wajar dimiliki. Emosi tersebut layak untuk dimiliki seluruh manusia. Terlepas dari apa pun gender, usia, suku, ras, ataupun profesinya, emosi itu layak untuk muncul. Namun, saat ini menjadi dewasa seperti dituntut untuk menutup diri dari segala emosi; dituntut selalu tersenyum meski hati sedang kacau. Apakah memang itu yang dibutuhkan untuk menjadi dewasa?
Menurut saya, memendam emosi bukanlah keputusan yang bijak. Memendam emosi tidak menunjukkan kuatnya kita dalam menghadapi dunia. Memendam emosi justru menunjukkan ketidakmampuan kita dalam mengontrol emosi yang kita miliki. Menangis ketika sedih itu hal yang wajar. Tertawa hingga terbahak ketika ada sesuatu yang lucu itu wajar. Menangis karena bahagia itu juga wajar.
Emosi yang dipendam justru akan membawa kita pada kesakitan. Emosi yang dipendam itu seperti bom waktu, suatu saat ia pasti meledak. Dan, ketika meledak luka yang ditimbulkan akan lebih sulit untuk disembuhkan. Contoh, ketika terjatuh, luka fisiknya bisa kita obati dengan obat merah. Namun, ketika luka itu terjadi pada batin, kita belum tentu bisa menyadarinya dengan cepat. Bisa jadi, luka tersebut sudah terbuka sangat lebar sehingga memerlukan bantuan dari ahli.
Maka dari itu, mari kita hargai setiap emosi yang kita miliki. Jangan pendam emosi itu sendirian. Sebagai makhluk sosial, sudah sepantasnya kita untuk bersosialisasi. Menceritakannya dengan orang-orang yang dipercaya adalah hal yang bijak. Jika tidak bisa, ceritakanlah pada yang lebih ahli. Intinya, menjadi kuat bukan berarti memendam emosi. Kita tetap bisa menjadi kuat dengan seluruh emosi yang kita miliki.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.