Menjadi Berani untuk Tidak Disukai
Pada suatu malam, saya dilanda lewah pikir. Entah mengapa, saat itu saya berpikir mengenai salah satu hal yang saya takuti: dibenci oleh orang lain. Saya takut ada perilaku atau perkataan saya yang membuat orang lain sakit hati dan membenci saya. Selama ini saya berusaha untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan karena saya ingin orang lain nyaman ketika berada di dekat saya. Namun, ada satu titik yang membuat saya merasa bahwa berusaha untuk selalu menyenangkan orang lain itu melelahkan. Saya menceritakan kegelisahan saya tersebut kepada sahabat saya dan dia menyarankan saya untuk membaca sebuah buku berjudul Berani Tidak Disukai (The Courage to be Disliked) karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga.
Saya menghabiskan satu pekan untuk membaca buku tersebut. Menurut saya, buku tersebut cukup menarik untuk ukuran buku bertopik pengembangan diri. Bagian awal buku tersebut menunjukkan sebuah perdebatan antara seorang pemuda yang tidak puas dengan hidupnya dan seorang filsuf yang mengajarkan bahwa dunia ini sederhana dan percaya bahwa kebahagiaan itu bisa diraih dengan mudah. Pemuda tersebut bertekad untuk mengalahkan filsuf tersebut dan membuat dia mengakui bahwa dunia ini tidak sederhana.
Kurang lebih ada empat hal dalam buku tersebut yang membuat saya menjadi lebih berani untuk tidak disukai oleh orang lain. Pertama, buku tersebut menunjukkan bahwa masa lalu tidak menentukan masa depan. Bagaimanapun keadaan masa lalu kita, baik atau buruk, tidak akan menentukan bagaimana masa depan kita. Kehidupan masa lalu yang baik tidak menjamin masa depan kita akan baik. Begitu pula sebaliknya. Kedua, hidup kita bukan ajang kompetisi. Sering kali kita berlomba-lomba untuk terlihat lebih sukses dari orang lain. Namun, kompetisi yang sebenarnya tidak melibatkan orang lain. Kompetisi sebenarnya hanya melibatkan diri kita sendiri. Ketiga, fokus kepada diri sendiri. Kita tidak bisa mengatur pikiran orang lain tentang kita, tetapi kita bisa mengatur pikiran kita untuk tidak mempedulikan pandangan orang lain. Terakhir, berani menjadi orang biasa. Terkadang ketika kita fokus mengejar hal-hal yang kita anggap bisa memberi kebahagiaan, kita lupa dengan prosesnya. Masa lalu tentu tidak bisa kita ubah, masa depan juga tidak bisa kita kontrol. Hanya masa kini yang bisa kita nikmati dan jalani. Penulis buku ini menyampaikan bahwa tidak apa-apa menjadi orang biasa. Yang penting, kita nyaman dengan diri kita sendiri karena nyaman dengan diri sendiri adalah salah satu cara untuk bahagia.
Setelah membaca buku tersebut, saya menjadi lebih tenang dan tidak lewah pikir. Saya percaya bahwa ada hal yang bisa kita kontrol dan ada yang tidak. Kini, saya berusaha menjalani hidup saya sebaik mungkin dengan cara menikmati setiap momen kehidupan yang terjadi. Saya tidak pernah menyalahkan masa lalu lagi dan juga tidak lewah pikir tentang masa depan.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.