Berdamai dengan Kegagalan
Saya yakin, setiap manusia pasti pernah berhadapan dengan kegagalan. Biasanya, rasa gagal membuat manusia merasa kecewa, marah, bahkan depresi. Kebanyakan perasaan gagal ini muncul karena ekspektasi tinggi dan terbentur realita yang sangat berbeda. Tidak sedikit orang yang saya kenal sulit beranjak dari rasa gagal yang kerap menghantui selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu. Padahal, terus-menerus seperti itu justru akan menghambat performa kita untuk mencari jalan lain yang mungkin memang ditakdirkan untuk kita.
Sebetulnya, saya bukan seorang praktisi yang sangat berpengalaman dalam menghadapi kegagalan berkali-kali hingga akhirnya menulis ini. Tidak sama sekali. Tulisan ini saya buat berdasarkan obrolan dengan seorang kakak tingkat di kampus yang menurut saya memiliki cara pandang dan sikap yang baik ketika menghadapi kegagalan. Saya memutuskan menulis obrolan kami di swalatih ini sebagai pengingat untuk rekan-rekan bahwa pada akhirnya, sebagai manusia, kegagalan itu hal yang lumrah.
Kakak tingkat saya bernama Michael. Kak Michael curhat bahwa dia sudah ditolak paling tidak oleh 20 perusahaan dan menganggur selama 8 bulan setelah lulus pada tahun 2019. Pada saat yang sama, dia juga gagal mendapat beasiswa ke Singapura. Kala itu dia merasa dunianya runtuh. Sebagai anak pertama dari orang tua tunggal, dia merasa gagal dan kecewa terhadap diri sendiri karena setelah lulus tidak bisa langsung bekerja untuk meringankan beban ibunya.
Saat pertama kali gagal melamar pekerjaan, Kak Michael mengaku bahwa dia sedih, marah, dan kecewa pada diri sendiri. Namun, yang membuat saya kagum adalah dia tidak pernah kecewa berlarut-larut sampai mengurung diri di kamar atau menangis seharian. Saya akhirnya bertanya bagaimana dia bisa sekuat itu untuk berkali-kali menerima surel penolakan dari perusahaan dan kampus di Singapura. Ternyata ada dua hal yang dia lakukan, yaitu berdamai dengan kegagalan tersebut dan segera membuat daftar hal yang akan dilakukan selanjutnya.
Berdamai dengan kegagalan memang tidak mudah, tapi itu cara paling awal yang dapat kita lakukan saat mengalami kegagalan. Terimalah bahwa kita gagal dan kita tidak bisa mengubah itu. Ketika Kak Michael mendapat surel penolakan dari perusahaan, dia sadar bahwa dia tidak bisa mengubah keputusan itu dengan memohon-mohon agar diterima. Hal yang bisa dia lakukan adalah menerima kenyataan, melakukan evaluasi diri, dan membuat rencana selanjutnya. Boleh-boleh saja untuk bersedih dan menangis, tetapi jangan lupa bahwa kita harus bisa bangkit lagi.
Selanjutnya, Kak Michael juga menyampaikan bahwa ada banyak sekali kemungkinan dan pilihan dalam hidup kita. Tidak diterima di perusahaan A bukan berarti kita tidak akan pernah bisa diterima di sana. Bisa jadi kita harus menempuh jalan yang berbeda untuk bisa diterima di perusahaan tersebut. Kegagalan tidak selalu buruk, kok. Paling tidak, kegagalan itu mengingatkan bahwa kita itu manusia. Fakta bahwa kita masih hidup hari ini menunjukkan bahwa Tuhan sebenarnya hanya ingin mengetes seberapa sungguh kita dalam mengejar apa yang kita perjuangkan. Buktinya kita masih diberi kesempatan untuk mengulangi kembali usaha kita.
You never know, at which turn your effort will bear fruit. Namun, justru di situ letak kepuasannya ketika nanti kita berhasil. Bukankah film itu tidak akan menarik jika kita mendapat bocorannya?
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.