Bom Waktu yang Sesungguhnya
Pernahkah kalian merasa ingin berhenti di saat orang lain berkata bahwa kalian sedang ada di posisi terbaik? Atau pernahkah kalian merasa sangat kelelahan walau tidak melakukan apa-apa? Jika iya, kita sempat berada pada kondisi yang sama.
Awal tahun 2021 lalu, saya melakukan aktivitas saya seperti biasanya. Saat itu adalah hari libur, jadi saya dan keluarga pergi menikmati kampung halaman. Pada hari terakhir saya dan keluarga di sana, semuanya baik-baik saja—menurut saya. Saya masih tertawa dan bercengkerama dengan tetangga serta keluarga. Tidak ada masalah sama sekali.
Namun, beberapa hari setelah pulang dari kampung halaman, ketika saya bangun hari itu rasanya berat sekali. Rasanya tidak mau melakukan aktivitas apa pun. Hanya mau tertidur di atas kasur dan menghindar dari segala hal. Saya bingung, apa yang terjadi? Padahal sebelumnya tidak ada masalah apa pun yang mengganggu saya. Sekali lagi, saya merasa baik-baik saja.
Hari demi hari terlewati dan saya masih merasakan hal tersebut. Bahkan, ditambah dengan panik dan rasa lelah berlebihan yang selalu datang setiap bangun tidur. Namun, saya tidak pernah memikirkan bahwa ada yang salah dari diri saya kala itu. Yang saya tahu dan saya pahami adalah saya lelah.
Lalu, suatu hari di akhir bulan Februari, saya merasa bahwa hal tersebut sudah sangat mengganggu. Saya butuh membicarakannya. Akhirnya, saya membicarakan hal ini kepada sahabat saya. Setelah segala penjelasan saya berikan, sahabat saya mengajak saya untuk mulai melakukan konsultasi lagi dengan ahli. Ya, saya dirujuk ke psikolog, lagi.
Keesokan harinya, saya langsung membuat janji telekonsultasi dengan psikolog. Saat itulah saya menyadari bahwa saya stres dan demotivasi. Saya merasa bahwa semuanya berat.
Saat itu, psikolog itu berkata kepada saya, “Lelah itu wajar. Namun, menjadi tidak wajar ketika kamu menekan rasa lelah dengan kalimat ‘Saya baik-baik saja’ di saat sebenarnya kamu tidak baik-baik saja”. Pada detik itulah saya sadar, terlalu banyak hal yang saya pendam di masa lalu yang akhirnya meluap bersamaan.
Inti dari cerita saya ini adalah segala emosi yang ada pada diri kita merupakan hal yang wajar. Jadi, jangan diabaikan apalagi dipendam. Emosi yang dipendam adalah awal dari rakitan bom waktu yang ketika meledak akan merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.