Desember Tiba
Tidak terasa bulan Desember tahun 2021 sudah tiba. Sepertinya sudah jadi kebiasaanku pada akhir bulan itu untuk mulai mengingat beragam peristiwa yang terjadi pada tahun itu. Aku sembari bersandar di kursi memainkan jariku pada layar telepon genggam. Untung saja tahun ini sudah terbantu dengan adanya platform Instagram yang bisa merekam dan menyimpan kejadian yang aku alami.
Mulai kejadian pada Januari, aku berkenalan dengan Cenna—lewat program magang—yang sampai saat ini jadi teman berbagi keluh dan kesahku. Kemudian, kejadian perpisahan dengan Mbak Yeni pada Maret—seorang kakak yang berhasil meneguhkan diriku untuk bisa tetap konsisten dalam setiap pilihan. Batinku saat ini berteriak dan ingin bilang, “Kangen banget, Mbak! Aku belum berhasil untuk sesabar dan seteguh dirimu.” Pada Agustus—Oktober ternyata banyak peristiwa yang membahagiakan: kabar sahabatku, Isna, yang akhirnya memperoleh pekerjaan pertamanya; Bapak dan Adik yang sembuh dari sakit; dan sedikit kabar duka dari Mbah Buyut yang akhirnya dipanggil untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Aku masih berlanjut untuk menonton sorotan 2021 di Instagram pribadiku. Pada 2021 begitu banyak kejadian yang beragam dan rasanya tidak akan cukup jika menceritakan kejadian semuanya. Oleh karena itu, aku ingin mengutip sebuah pesan yang menggambarkan keseluruhan dari pelajaran terbesarku di tahun ini. Pesan ini dari tulisan Syekh Muhammad Sayyid Thantawi.
Kita adalah orang yang biasa-biasa saja di mata orang yang tidak mengenal kita.
Kita adalah orang yang paling menjengkelkan di mata orang yang dengki dengan kita.
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.
Kita adalah pribadi yang sungguh istimewa di mata orang yang mencintai kita.
Kita adalah orang jahat di mata orang yang iri dengan kita.
Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Maka, tak perlu menyibukkan diri untuk terlihat baik di mata orang lain.
Cukup rida dari Allah yang perlu dicari karena membuat semua manusia senang terhadap apa yang kita lakukan adalah hal yang tak akan pernah tercapai.
Sedangkan, mencari keridaan Allah adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan.
Tinggalkan yang tak pernah tercapai lalu capailah apa yang tidak boleh ditinggal.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.