Istirahat Itu Perlu
Beberapa waktu lalu, saya berada pada fase kelelahan yang benar-benar lelah. Kala itu, saya baru saja menjalani sidang pembimbing untuk skripsi yang saya ajukan menjadi tugas akhir saya. Saya ketika itu sama sekali tak melakukan persiapan yang berarti. Ini karena jadwal sidang yang diberitahukan secara mendadak.
“Kalau belum waktunya lulus, ya, sudah,” kata saya dalam hati.
Keesokannya, sidang berjalan lancar. Pengujinya adalah dosen pembimbing, Ketua Departemen Sasindo, dan Ketua Minat Studi Linguistik. Syukurnya, tak ada revisi besar pada sidang pendadaran hari itu. Saya malah ingat satu pernyataan yang dilontarkan oleh Ketua Program Studi saya.
“Alvien, kamu ‘kan Desember lalu sudah bab 4. Kenapa baru sekarang?” Bab 4 pada skripsi saya berisi pembahasan. Idealnya, bab 5 yang berisi simpulan bisa diselesaikan dalam jangka waktu tiga hari. Faktanya enam bulan setelahnya saya baru menyelesaikan skripsi saya. Memang, saya kala itu sempat dilanda burn out sehingga menyelesaikan simpulan pun tak semudah itu.
Setelah menyelesaikan sidang dengan sejumlah catatan revisi, ternyata perjalanan baru saja dimulai. Dalam jangka waktu sepekan, saya harus menyelesaikan 16 syarat untuk bisa mendaftar yudisium, proses yang menandakan kelulusan saya dari Fakultas Ilmu Budaya. Dengan waktu yang singkat, saya tak serta-merta mengerjakan persyaratan itu, tetapi melakukan satu hal yang mungkin ketika orang tahu, mereka akan bergumam, “Cek santaine arek iki”. Saya tidur seharian.
Mungkin orang-orang pada umumnya memilih mengerjakan semuanya baru istirahat. Namun, saya tidak seperti itu. Saya tak bisa memaksa untuk mengerjakan sesuatu ketika saya sedang lelah. Bisa, tetapi saya yakin hasilnya tak akan maksimal. Saya sadar bahwa saya tak akan bisa mengerjakan sesuatu dengan maksimal bila tubuh saya pun belum “terisi” penuh. Tubuh tak bisa mengkhianati kita. Jika tubuh meminta istirahat, ya, sudah. Karena jika kita tak peka terhadap diri sendiri, kita harus berharap pada siapa lagi?
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.