Januari telah berlalu. Semua memori terangkum dalam ingatan dan tersimpan kenangannya pada galeri.

Aku mengawali tahun 2022 dengan tertawa membaca status di WhatsApp milik temanku, Milhan. Ia menulis, “Resolusi pertama untuk jadi lebih baik: salat subuh nanti, ya.” Aku membatin, “Pesan singkat yang mengandung satire.”

Kemudian, pagi harinya aku dikejutkan oleh saudara-saudaraku yang datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Mereka bersemangat sekali untuk pergi jalan-jalan yang membuatku menutup hari pada tanggal satu dengan gempor karena kelelahan berjalan.

Pagi harinya pada tanggal dua, aku sudah berdandan rapi dengan outer biru dan celana kulot hitam. Agendaku hari itu ialah menghadiri acara ngunduh mantu sepupuku. Ngunduh mantu adalah prosesi yang diadakan oleh pihak laki-laki untuk menyambut pengantin perempuan sebagai anggota baru dalam keluarga. Acara itu menghadirkan rasa bahagia sekaligus sedih: bahagia karena akhirnya kakak sepupuku memiliki pasangan hidup; sedih karena aku akan jarang berjumpa karena keberadaannya yang jauh di pulau seberang.

Sejak kerja di Narabahasa, aku menjadi akrab dengan orang-orang yang datang, lalu pergi. Tepat hari berikutnya, tiga Januari, aku melepas kepergian pemagang angkatanVI, Bang Rassya dan Mbak Zahra.

Masih pada pekan yang sama, pada tanggal enam, kami mengulang tahun kelahiran Bapak. Aku bergegas pergi ke toko bunga. Bunga berwarna putih dan merah muda menjadi pilihanku. Dengan malu-malu aku memberikannya pada Bapak. Beliau menerima bungaku dengan satu lengkungan senyum, kemudian kami foto bersama.

Tanggal delapan, salah satu warga Nias, berkunjung ke kotaku. Namanya Nadia. Seharian aku menemani dirinya berkeliling Semarang. Kami mencicip Leker Paimo, berkeliling malam-malam sampai ke Tembalang, makan es krim sambil bertukar cerita, makan tahu gimbal di pagi hari di pinggir Pantai Marina, lalu foto di depan Gereja Blenduk. Aku merasa menjadi turis di kota sendiri karena banyak hal yang pertama kali yang aku lakukan. Pengalaman itu menjadi lebih berkesan karena dilakukan bersama dengan seseorang yang menyenangkan.

Tulisan ini akan sangat panjang jika aku tulis per tanggal. Aku akan langsung ke penutup bulan Januari. Aku dan keluarga pergi ke Yogyakarta. Kota kelahiran memang memiliki daya magis untuk kembali melecutkan semangat menjalani hari-hari. Kami menyempatkan mampir di Warung Bakso dan Es Buah PK daerah Jalan Pakuningratan. Ramai sekali orang yang sudah antre untuk menikmati sajian semangkuk es buah. Ada buah sawo yang jarang sekali aku temukan pada semangkuk es buah.

Perjalananku kembali ke Semarang ternyata lebih lama gara-gara ada kecelakaan lalu lintas. Perjalanan yang mengantar pada pengalamanku melewati hutan karet pada tengah malam tanpa ada penerangan sedikit pun. Aku dan keluargaku berusaha untuk tenang dan alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.

Januari, bulan pertama pada tahun 2022 memberikan banyak kesan bagi memori dan hati. Jelas masih banyak lagi orang-orang yang memberi kesan pada bulan Januariku tahun ini.

Mari bersemangat melangkah pada bulan dua. Halo, Februari! Sambutlah diriku.

Penulis: Listi Hanifah

Penyunting: Ivan Lanin

 

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.