Pandemi mulai mereda. Pembatasan pertemuan fisik dilonggarkan dan kita pun dapat kembali bertemu dengan sahabat dan kerabat. Setelah hampir dua tahun tidak bersemuka, kesempatan bersilaturahmi dalam acara keluarga, reuni kelas, dan lain-lain ini mestinya membahagiakan. Sayangnya kita kadang tidak sensitif dan terjebak mengajukan pertanyaan basa-basi yang dapat membangkitkan suasana tidak nyaman.

Marina Harris mengangkat isu ini pada artikelnya di Psychology Today. Menurutnya, ada lima pertanyaan tidak sensitif yang sering diajukan orang dengan kecerdasan emosional yang rendah. Alih-alih mempererat hubungan, pertanyaan-pertanyaan itu malah merenggangkan tali silaturahmi. Mari kita pelajari apa saja pertanyaan yang perlu kita hindari dan apa yang seharusnya kita ajukan, mulai dari hal pribadi sampai dengan pekerjaan.

1. Kurusan/Gendutan, ya?

Kebanyakan orang yang mengajukan pertanyaan ini berpikir bahwa mereka memuji, tetapi komentar tentang penampilan dapat menyinggung harga diri. Berat badan seseorang dapat dipengaruhi banyak faktor, misalnya diet atau penyakit. Kita tidak pernah tahu penyebabnya dan tidak pernah tahu apakah “pujian” kita malah menyakiti kawan bicara. Jangan tanyakan urusan fisik untuk menunjukkan kepedulian. Puji saja sifat baiknya atau selera humornya.

2. Kenapa Belum Berpacaran/Menikah?

Kesan yang muncul dari pertanyaan semacam ini adalah bahwa kawan bicara tidak melakukan yang semestinya benar. Setiap orang punya situasi dan tujuan hidup yang berbeda, termasuk untuk urusan pasangan. Asumsi bahwa setiap orang ingin berpasangan dan menikah itu egosentris. Tunjukkan kepedulian terhadap dukungan yang mereka peroleh dari lingkungan mereka—tidak harus dari pasangan. Contohnya, kita bisa bertanya siapa saja teman mereka sekarang dan apa saja keseruan hubungan yang dijalani.

3. Kapan Punya Anak? Kapan Tambah Anak?

Sama seperti urusan pasangan, tiap orang punya alasan sendiri untuk urusan anak. Ada pasangan yang tidak ingin punya anak, ada yang masih mempertimbangkan karena berbagai faktor, bahkan ada pula yang mengalami kesulitan untuk mempunyai anak. Lalu, pertanyaan apa yang perlu kita ajukan untuk urusan anak? Tidak ada. Tidak usah bertanya perihal anak karena, lagi-lagi, itu bukan urusan kita.

4. Kapan Kerja yang Benar?

Pertanyaan ini mengesankan bahwa kita meremehkan pekerjaan kawan bicara, hanya karena status atau penghasilan. Padahal, tiap orang punya minat masing-masing dan kita harus menghargai pilihan mereka. Coba tanyakan hal lain yang menunjukkan minat terhadap pekerjaan mereka. Contohnya, tugas dan proyek apa saja yang sedang dikerjakan, beban kerja, atau lingkungan dan rekan kerja.

5. Berapa Gajimu?

Uang itu urusan sensitif. Pertanyaan seputar itu dapat menyebabkan suasana kikuk. Lagi pula, uang orang bukan urusan kita. Daripada menanyakan gaji, coba tanyakan apakah orang itu nyaman dengan pekerjaan yang sekarang atau apakah ada pekerjaan lain yang menarik minatnya. Berdasarkan jawaban, pertanyaan tentang promosi atau peluang lain dapat diajukan. Jangan langsung mengangkat masalah gaji.

Pedulikan Perasaan Orang Lain

Pikirkan bagaimana dampak pertanyaan kita terhadap perasaan orang lain. Jadilah orang yang cerdas emosional (emotionally intelligent). Jangan ajukan pertanyaan basa-basi yang sensitif, seperti berat badan, pasangan, anak, pekerjaan, atau gaji. Tanyakan hobi, renjana, pertemanan, dan hal-hal lain yang sifatnya umum. Jangan lupa beri pujian terhadap sifat internal, bukan fisik, dan perkuat silaturahmi.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.