Satu Per Satu
Akhirnya, satu dari sekian banyak tugas yang harus diselesaikan berhasil terselesaikan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1.12 malam. Tunggu, ini sudah lewat tengah malam ternyata. Pantas saja laptop ini rasanya menguap. Di sisi lain, kaki ini agaknya membeku tertiup angin tengah malam. Ya, aku sedang di luar, tetapi bukan di luar rumah. Lebih tepatnya di luar kamar, atau dengan kata lain di balkon. Kalau mengerjakan tugas di kamar, mungkin tiga jam yang lalu aku sudah bermimpi makan ayam geprek di deretan gerbang lama kampus atau sedang menunggu kereta bawah tanah mundur untuk dapat dinaiki.
***
Laptop sudah, buku sudah, makalah juga sudah, apalagi, ya, yang belum terbawa? Semoga saja tidak ada. Suasana kampus kali ini agak berbeda, tidak seperti biasa. Di deretan bangku kuning hijau itu, biasanya ada sekumpulan orang sedang tertawa. Sebaliknya, kadana ada seseorang yang sedang diam saja, seperti menunggu orang datang. Namun, kali ini tidak ada. Apa karena hari Jumat, ya? Di fakultas ini memang jarang ada kelas pada hari Jumat. Dosen pun sering memindahkan jadwal supaya hari Jumat bisa dipakai libur. Dengan kata lain, memadatkan hari yang lain.
Dari kejauhan aku melihat ada yang melambaikan tangan ke arahku. Semakin dekat semakin terlihat bahwa dia Reza—kawan seperjuanganku yang tampak sedang semangat. Bisa-bisanya dia tersenyum bahagia, padahal aku mengingat hari ini akan ada dua kuis dan satu presentasi kelompok.
“Lemes amat, Gan. Kayak abis bikin candi,” ucapnya ketika jarak kami berdekatan.
“Aturan gue yang nanya, gak, sih. Kenapa lu seneng banget? Haha,” balasku.
***
Satu kuis telah selesai. Mau merasa lega, tetapi belum bisa. Dua jam lagi ada kuis di mata kuliah yang berbeda. Mau belajar, rasanya sudah tak sanggup. Mau pasrah, rasanya seperti putus asa. Mau pilih mana yang ingin dilakukan saja bingung sekali rasanya.
Reza datang lagi dengan raut wajah serupa ketika pagi tadi. Kalau dipikir-pikir, dia ini kesibukannya lebih banyak dariku. Kepala departemen iya. Relawan jadi pengajar iya. Asisten dosen iya. Punya pacar iya juga. Namun, tidak ada, tuh, ia kelihatan pusing sepertiku.
“Udah belajar belom, Gan?” tanyanya sembari menyapa orang yang lewat—kenalan dari kegiatan kepanitiaannya—ke arah gedung baru.
“Ya, begitulah. Semalem sempet baca, sih. Tapi gak yakin juga gue,” jawabku.
“Katanya banyak soal pendapat, gak usah belajar berarti. Pendapat gak ada yang salah. Haha,” balasnya.
***
Motor tua itu sudah terparkir rapi di garasi. Begitu juga dengan laptop yang sedang mati berada di meja. Artinya, tidak ada lagi yang harus dikerjakan. Setelah melewati hari yang panjang ini, rasanya lega sekali. Beban yang ada di punggung lepas. Masalah yang ada di hidup …, eh, kayaknya bagian masalah ini belum terangkat, deh. Lalu, keresahan selama beberapa hari ini agaknya berkurang.
Kalau diingat lagi, daftar tugas dan kegiatan yang harus dilakukan pekan ini banyak juga, ya. Tugas layaknya minum obat, sehari ada tiga. Kuis layaknya gosok gigi, sehari dua kali. Belum lagi perentelan kecil lainnya yang kalau disatukan tidak jadi kecil lagi judulnya.
Namun, semua itu satu per satu terlewati. Kalau tugas dikerjakan, ya, akan selesai. Kuis juga kalau dilakukan, ya, akan terlewat. Begitu juga dengan si perentelan kecil ini. Kenapa rasanya berat, ya, kalau diingat-ingat? Padahal kuncinya itu, ya, lakukan satu per satu. Bukan dipikirkan secara serentak.
***
Reza berlari ke arah motor tua ini dan menodongkan helm, “Ganesh! Nebeng, dong, ke parkiran Fisip. Gue markir di situ tadi. Haha.”
“Ngada-ngada aje, kuliah di mana, markir motor di mana. Ya, udah. Ayok,” balasku yang hendak menyalakan motor.
“Asik. Btw, gue liat-liat, kok, lu keknya tadi pagi kusut amat, Gan?” tanya Reza sembari menggunakan helmnya.
“Gimana kaga? Hari ini banyak bat yang harus diselesein. Abis ini lu mau ke mana emang?” balasku.
“Ngapa jadi muka lu yang kusut. Haha. Ada ngajar bentar lagi, nih. Abis itu mau ngecek bahan dari Pak Angkuy, sekalian laporan progres departemen,” jawabnya.
“Lah, iya juga, bener lu, Za. Kok lu bisa, dah, bagi-bagi waktu kayak gitu. Semester ini tuh matkulnya aneh-aneh, pusing gue. Haha,” tanyaku.
“Hem, kalo gue, sih, bukan tipikal yang mikirin sesuatu gitu, Gan. Jalanin aja satu-satu, nanti juga kelar sendiri,” tutupnya.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.