Akhir tahun 2020, saya mulai aktif mencari program magang. Saya ingin, ketika lulus S-1 nanti, saya sudah memiliki pengalaman bekerja secara profesional. Ya, walaupun hanya bermagang. Puluhan kali saya daftarkan diri saya ke setiap perusahaan yang membuka peluang bermagang untuk mahasiswa. Akhirnya, saya pun menemukan iklan bermagang Narabahasa yang kebetulan membuka posisi yang saya inginkan, yaitu SDM.

Sekitar satu minggu perekrutan berjalan. Saat itu, saya tidak berada dalam kondisi terbaik karena sedang di luar kota. Sinyal pun dan agak susah di sana. Akan tetapi, ternyata, keberuntungan sedang ada di tangan saya. Saya mendapat kesempatan untuk nyicip hidup di Narabahasa.

Tepat 4 Januari 2021, saya dan teman-teman magang lainnya diundang untuk mengikuti acara lepas sambut pramubahasa magang. Di situlah saya mulai terbuka dengan salah satu teman magang saya, Kemuning. Banyak kejadian yang membikin kaget saat itu, mulai dari melihat kedekatan mbak-mbak pramubahasa magang angkatan sebelum saya dengan pramubahasa tetap, koreksi Mbak Dessy atas pelafalan digital oleh Kemuning, dan cara mbak dan mas pramubahasa-tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat baik. Saya segera merasa insecure saat itu. Belum lagi, ada pengunguman bahwa Pak Ivan Lanin akan segera menjadi penyelia saya.

Pekan depannya, saat rapat rutin SDMA, saya merasa tertekan. Ya, bagaimana tidak, grup WhatsApp berisi seluruh orang jajaran atas Narabahasa. Lalu, entah mengapa, saya merasa orang-orang di dalam Divisi SDMA memiliki ekspektasi yang cukup tinggi terhadap saya, terutama Mbak Listi, Spesialis SDMA saat ini.

Sudah lebih dari dua bulan berlalu. Tidak terasa, sebentar lagi saya dan teman-teman harus berpisah dengan Narabahasa. Meskipun begitu, saya tidak sedih. Mungkin sedikit karena belum ada kesempatan untuk bertemu dengan tim secara langsung. Akan tetapi, saya merasa bahwa saya mendapat banyak pelajaran dari Narabahasa. Misalnya, pertama, saya makin yakin dengan pilihan karir saya untuk fokus pada bidang sumber daya manusia. Kedua, kompetensi komunikasi lisan saya berkembang pesat. Ketiga, bahasa Indonesia bisa, lo, disampaikan secara baku, tetapi nggak kaku. Keempat, masih banyak orang yang mencintai bahasa Indonesia. Kelima, saya masih nggak ada apa-apanya (masih harus banyak belajar).

Terakhir, saya ingin berterima kasih kepada Tim SDMA Narabahasa, Pak Ivan dan Mbak Listi, karena sudah mempercayakan saya untuk berada di posisi ini dan belajar banyak dari keduanya. Kedua, saya berterima kasih kepada Mbak Lanie dan Mbak Dessy yang sudah mengajari saya banyak hal mengenai bidang SDM dan bahasa Indonesia. Ketiga, teman-teman pramubahasa magang angkatan ketiga: Kemuning, Talitha, Bimo, Andrian, Abi, Ichad, dan Bela. Tanpa kalian, saya nggak punya hiburan. Lalu, yang terakhir, untuk seluruh Tim Narabahasa, mulai dari Divisi Produk, Digital, Pemasaran, Keuangan, Operasi, Humas, dan Keuangan. Tanpa mbak dan mas semua, saya nggak akan sadar kalau masih banyak orang baik yang peduli dengan bahasa Indonesia.

Nyicip hidup di Narabahasa selama tiga bulan sama sekali nggak sia-sia. Dan, saya harap, teman-teman saya dan pramubahasa magang selanjutnya juga merasakan hal yang sama. Masih banyak cerita yang bisa saya sampaikan, tetapi saya simpan agar penasaran. Hehe.

Terima kasih, Narabahasa. ♡

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 2

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.