Paripurna
Ya, ini memang swalatih terakhirku. Nggak pernah sebelumnya membayangkan, aku menjadi pemagang di Narabahasa. Dulu, aku cuma tahu, Narabahasa adalah perusahaan rintisan yang menyediakan layanan dan produk kebahasaan. Setelah berproses selama tiga bulan, aku menyadari, Narabahasa bukan sekadar perusahaan rintisan biasa.
Narabahasa mempertemukanku dengan banyak orang hebat. Aku bertemu dengan Mbak Dessy. Dia memang terlihat galak, tapi sebenarnya nggak juga, sih. Aku belajar banyak darinya, soal kebahasaan ataupun kehidupan.
Selain Mbak Dessy, aku bertemu dengan Mas Harritz. Mas Harritz menjadi orang pertama yang menghubungiku secara personal di Narabahasa. Aku masih ingat, dia memintaku untuk meriset tokoh bahasa. Aku belajar dari Mas Harritz, ketenangan dalam menyikapi beragam situasi.
Saat awal bermagang, aku sendirian. Sampai suatu masa, sosok baru hadir untuk menggenapi Tim Riset. Ya, Mbak Pire. Aku nggak ngerti lagi, sih. Beneran, Mbak Pire berusaha memahami diriku beserta kesibukannya yang sangat rumit. Mbak Pire juga ada saat aku mengalami beberapa kesulitan: mencari narasumber untuk tugas kuliah; menanyakan kondisiku saat Mama masuk rumah sakit lewat telepon. Teruslah berbuat baik; aku belajar itu dari Mbak Pire.
Aku ditemani Abi, pemagang lain untuk Divisi Produk. Abi paling cepat, sih, dalam membalas setiap pesan yang kulontarkan lewat WhatsApp. Abi selalu menjadi teman aku berdiskusi soal kerjaan, bahkan topik skripsi. Ah, bener-bener paling pengertian, sih.
Empat orang sebelumnya memang orang-orang dari Divisi Produk. Tentu, yang tak kalah hebat, Pak Ivan. Duh, saya benar-benar merasa beruntung dapat bertemu dengannya. Pak Ivan menjadi nakhoda Narabahasa yang sangat progresif. Saya banyak terinspirasi dari Pak Ivan, khususnya soal kepemimpinan.
Masih banyak sosok dan kisah orang-orang hebat lain dari Narabahasa. Hanya saja, aku kesulitan kalo harus menceritakan semuanya. Semua hal tersebut biar menjadi kenangan manis bagiku.
Aku nggak tahu lagi, harus seberapa banyak mengucapkan terima kasih kepada semua orang hebat tersebut. Belum lagi, pemagang yang kompak kalau urusan bergunjing. Ada Andrian, Ichad, Kemuning, Talitha, Bela, dan Cenna. Aku bakal merindukan keseruan bermagang di Narabahasa. Suer!
Sebenarnya, aku membenci perpisahan. Awalnya, aku ragu saat harus bekerja selama dua puluh jam per minggu. Ternyata, aku mampu mencapai target, kok. Bahkan, nggak terasa sudah memasuki penghujung dari waktu magang. Akhirnya, tugasku di Narabahasa telah paripurna.
Kapal harus segera berlabuh, menuju tak terbatas dan terus melampauinya. Aku nggak akan pernah lupa segala pengalaman indah di Narabahasa. Aku akan meneruskan hidupku, ya, kuliah, organisasi, dan aktivitas lainnya. Salah satu harapanku, Narabahasa terus bertumbuh dan berkembang karena kehebatan orang-orang hebat di dalamnya.
Aku, Bimo Wibowo (BW), pamit undur diri. Maafkan diriku dari tutur kata dan perilaku yang kurang berkenan. Sampai berjumpa di lain kesempatan!
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.