Tak terasa, sebentar lagi para pramubahasa magang angkatan ketiga memasuki masa purnabakti. Narabahasa akan kembali melepas orang-orang yang pernah singgah dalam perjalanannya. Meskipun bukan yang pertama kali, momen tersebut pasti meninggalkan kesan tertentu dan unik di hati Narabahasa karena melepas bagian yang biasa ada memang tidak pernah mudah.

Angkatan ketiga ini terdiri atas enam orang: Abi, Bimo, Kemuning, Andrian, Cenna, dan Talitha. Dua yang pertama mengisi Divisi Produk, divisi yang saya tinggali. Dua yang selanjutnya mengisi Divisi Digital, divisi yang hampir tak sehari pun lepas dari ranah kerja saya. Sementara itu, dua yang terakhir masing-masing mengisi Divisi SDMA dan Divisi Operasi, dua divisi yang sama-sama hanya mempunyai satu pramubahasa magang.

Banyak kesan terhadap mereka, apalagi jika harus diselisik sejak detik pertama mereka bermagang. Lembar swalatih ini tak akan cukup untuk menampung kesan-kesan itu. Oleh karenanya, saya hanya akan menyampaikan kesan—yang sangat singkat—untuk dua orang yang menjadi bagian dari Divisi Produk. Untuk yang lain, saya juga akan menyampaikan kesan, tetapi bergabung dengan Divisi Produk dahulu, ya. Hehe.

Yang pertama adalah Abiyyu Rifqi Allamah. Sebagai rekan kerja saya di Departemen Dukungan, Abi bekerja sangat baik. Ia responsif, berani bertanya, dan tak ragu untuk menyatakan pikirannya. Selain itu, seingat saya, ia tak pernah menolak permintaan saya untuk mengerjakan tugas tertentu. Bahkan, ada tugas yang ia kerjakan lebih banyak, seperti merapikan pertanyaan audiens Tabah, dan ada yang ia kerjakan lebih cepat, seperti memverifikasi hasil riset pada bank konten Tokoh Bahasa. Di sisi lain, kerecehannya yang khas Yogyakarta itu begitu menggelitik. Lalu, suara mikrofon kecilnya yang kerap angin-anginan itu saya pikir lucu juga. Oleh karena itu, saya merasa tak salah memilih rekan.

Yang kedua adalah Octavianus Bima Archa Wibowo. Sebagai rekan sedivisi, Bimo—nama panggilannya—kerap dimanfaatkan sebagai sasaran empuk bercandaan orang Produk. Sungguh menyedihkan nasibnya, walaupun mengesalkan pula orangnya. Kesombongannya yang hampir menyerupai kesombongan Raja Ramses II alias Firaun itu tak tergantikan. Meskipun demikian, ia memiliki semangat kerja yang patut diacungi jempol.

Kedua pramubahasa Divisi Produk tadi menjadi paket komplet yang membuat divisi tersebut makin berwarna. Itulah kesan singkat saya terhadap kedua pemagang tersebut.

Nah, jika harus menyebut satu lagi—sekaligus sebagai bonus, saya akan menyampaikan kesan singkat untuk Kemuning. Saya rasa dialah pramubahasa lain divisi yang paling sering berkomunikasi dengan saya. Bagaimana tidak? Ia sigap mengingatkan saya untuk meninjau serta menyetujui takarir dan artikel.

Saya dengar, ia terlibat cinta lokasi dengan teman pramubahasa sedivisinya, Andrian. Mereka sangat cocok. Andrian yang lucu bertemu dengan Kemuning yang lugu. Pertanyaannya, bisakah mereka bersatu? Sering kali mereka menyangkal itu. Akan tetapi, percayalah, perbedaan keyakinan bukan halangan. Perbedaan etnis juga bukan rintangan. Yang menyebabkan dua orang tidak bisa bersama hanyalah perbedaan perasaan. Jadi, jika perasaan sudah demikian tak tergoyahkan, jangan takut untuk merawat harapan. Ingat-ingatlah itu, kawan.

Jika Kemuning dan Andrian masih malu untuk menyatakan perasaan, mungkin Cenna dan Talitha dapat membantu. Cenna akan membantu dengan kegigihannya. Sementara itu, Talitha akan membantu dengan kepiawaiannya mengoperasikan kekasmaranan.

Akhirnya, begitulah kesan singkat saya untuk semua pramubahasa angkatan ketiga. Semua punya peran dan setiap orang menghadirkan cerita khas. Saya senang karena mereka mau berbagi peran dan cerita di Narabahasa. Namun, saya sedih karena peran dan cerita mereka akan selesai sebentar lagi.

“Rasa kehilangan hanya akan ada
jika kau pernah merasa memilikinya.”
Letto (2007)

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 1

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.