Siapa yang tak kenal dengan hewan yang bernama kucing? Ya, hewan lucu nan menggemaskan yang termasuk ke dalam genus Felis ini kerap dijadikan hewan peliharaan oleh manusia untuk menemani hidup mereka. Kucing domestik merupakan jenis hewan mamalia karnivora yang memiliki tingkah laku nokturnal.

Menurut PETA (People for the Ethical Treatment of Animals), populasi anjing dan kucing di Amerika Serikat berjumlah sekitar 70 juta yang hidup terlantar di jalanan yang berjuang untuk bertahan hidup. Sayangnya, di Indonesia belum ada data valid berapa jumlah populasi anjing dan kucing yang terlantar/liar.

Neuter atau yang lebih dikenal dengan sebutan sterilisasi (steril) merupakan sebuah tindakan medis berupa pengangkatan organ reproduksi pada hewan, baik jantan maupun betina. Dengan siklus hidup kucing yang mudah bereproduksi, maka para pencinta hewan, terutama pencinta kucing, membuat gerakan TNR (Trap Neuter and Release) untuk kucing terlantar/liar. TNR telah lebih dulu populer di negara barat. Gerakan tersebut bertujuan mencegah populasi berlebih pada hewan, khususnya hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing.

Kucing betina dapat menghasilkan 2—6 ekor anak kucing sekali melahirkan. Bayangkan, jika dalam satu tahun kucing betina melahirkan 3 kali, berapa banyak anak kucing yang dilahirkan? Hal tersebut dapat menyebabkan populasi berlebih pada kucing. Dampak populasi yang berlebihan pun dapat mengubah status hewan peliharaan tersayang menjadi hama.

Pada waktu 2—3 bulan setelah kucing betina melahirkan, kucing betina dapat kawin kembali. Sementara itu, kucing jantan, ketika birahi, biasanya akan sering pergi ke luar rumah, bahkan bisa saja tidak pulang dalam waktu beberapa hari untuk mencari sang betina. Kucing jantan juga akan melakukan tindakan spraying, yaitu penyemprotan air seni untuk menandai sebuah wilayah kekuasaan.

Sterilisasi pada kucing betina dilakukan mengangkat organ rahim dan kantung sel telur, sedangkan pada kucing jantan dilakukan dengan mengangkat organ testikelnya. Sterilisasi dilakukan minimal ketika kucing sudah berusia 6 bulan atau ketika testikelnya sudah turun pada kucing jantan. Tentu, sebelum melakukan tindakan sterilisasi, pastikan kucing dalam keadaan sehat dan sudah divaksinasi. Vaksinasi pada hewan itu penting guna mengurangi risiko terkena penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus.

Sterilisasi tersebut ternyata dapat memberikan manfaat kesehatan, baik pada kucing jantan maupun kucing betina. Pada kucing jantan, sterilisasi bermanfaat menurunkan risiko kanker testis, menghindari cedera karena bertengkar dengan kucing lain untuk merebut teritorial dan betina, serta menurunkan risiko penyakit FIV (Feline Immunodeficiency Virus) seperti HIV pada manusia. Pada kucing betina, sterilisasi dapat mencegah timbulnya infeksi rahim atau pyometra dan juga dapat mencegah timbulnya penyakit kanker rahim atau payudara. Setelah disterilisasi, kucing betina tidak dapat hamil dan melahirkan.

Saya pun, sangat setuju dengan program sterilisasi ini. Berdasarkan pengalaman pribadi saya memelihara kucing, saya sudah merasakan manfaat sterilisasi. Pada beberapa tahun silam, kucing saya yang betina, sempat mengalami distokia (kesulitan dalam melahirkan). Akhirnya, saya bawa kucing saya ke Vet. Setelah mendapat diagnosis dari Vet, kucing saya perlu dilakukan ditindak sectio caesaria dan sterilisasi sekaligus.

Vet menyarankan tindakan sterilisasi, tentu, bukan tanpa alasan. Pertimbangannya, jika tidak dilakukan sterilisasi, kucing saya akan mengalami masalah pada rahim.  Bersyukur, kucing betina saya sampai saat ini masih aktif dan sehat.

Pada bulan lalu, kucing jantan saya juga telah disterilisasi. Ya, lagi-lagi, ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, dulu saya pernah punya kucing jantan yang belum disterilisasi, alhasil, dia pergi dan tidak pulang-pulang. Meski tidak menutup kemungkinan kalau sudah disterilisasi pun bisa pergi, setidaknya hasrat untuk kawin sudah berkurang, bahkan, aktivitasnya sekarang hanya main, makan, dan tidur.

Jadi, bagi teman-teman yang memelihara kucing atau anjing, jangan lupa untuk melakukan sterilisasi  untuk mengendalikan populasi berlebih. Setelah disterilisasi, jangan lupa juga untuk menjaga berat badannya agar tidak obesitas. Oh, iya, pemberian obat cacing, obat kutu, dan vaksinasi yang rutin juga tidak kalah penting, lo. Simpulannya, memelihara hewan tidak hanya sekadar memberi makan dan minum saja, ya, ‘kan?

Penulis        : Octavi Antary

Penyunting : Dessy Irawan

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 2

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.