Kuliner Bagian I: Makanan Bersaus Kacang
Pengalaman merantau tidak hanya membuat saya mengenali kebiasaan masyarakat dan kenampakan daerah setempat, tetapi juga makanan khasnya. Satu hal yang saya amati adalah keberadaan makanan bersaus kacang. Tiap daerah punya namanya sendiri.
Di Malang, ada dua makanan bersaus kacang—yang menjadi makanan favorit saya sepanjang masa, yakni rujak lontong dan tahu telur. Rujak lontong berisi sayuran; irisan tahu, tempe, timun, dan lontong; serta—tentu saja—saus kacang. Sementara itu, tahu telur terdiri atas irisan tahu yang digoreng bersama telur dadar, taoge, seledri, potongan lontong, dan saus kacang.
Kedua makanan itu memiliki bumbu khas, yaitu petis. Petis sangat umum digunakan di Malang dan beberapa daerah lain di Jawa Timur. Saya rasa, petislah yang menjadi unsur pembeda antara makanan bersaus kacang dari Malang—atau Jawa Timur secara umum—dan yang lain.
Tahu telur Malang mempunyai kembaran, yakni tahu tek Surabaya. Kata teman saya, tek berasal dari bunyi gunting ketika penjualnya memotong tahu yang digoreng bersama telur dadar menjadi irisan.
Makanan bersaus kacang selanjutnya saya temui di Yogyakarta. Nama makanan itu adalah lotek. Jujur saja, saya hanya sekali mencoba lotek karena manis dan saus kacangnya kurang halus. Lidah Jawa Timur saya yang terbiasa dengan rasa pedas agak sulit menerimanya. Saya pun agak lupa isi lotek. Seingat saya, ia hampir sama dengan rujak lontong, tetapi tanpa petis.
Perjalanan saya mencicipi makanan bersaus kacang tidak berhenti di situ. Ketika di Jakarta, saya sempat mencoba gado-gado. Ciri khasnya ialah ada telur bulat dan porsi sayurannya lebih banyak jika dibandingkan dengan empat makanan sebelumnya. Gado-gado juga tidak menggunakan petis.
Lain Jakarta, lain Depok. Di Jakarta ada gado-gado; di Depok ada ketoprak. Meskipun ada juga di Jakarta, sepengamatan saya, jumlah penjual ketoprak di Depok lebih banyak. Ketoprak di Depok bisa disejajarkan dengan bakso di Malang. Penjualnya banyak.
Yang khas dari ketoprak adalah bihun karena unsur itu tidak saya temukan pada makanan bersaus kacang lain. Ketoprak juga disajikan tanpa sayuran. Kemudian, satu lagi yang tidak ada pada ketoprak ialah petis.
Ada sesuatu yang saya perhatikan dari ketoprak—atau lebih tepatnya penjual ketoprak. Penjual-penjual ketoprak yang saya datangi itu berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Ketika mengetahui itu, saya bertanya dalam hati, apakah kecenderungan rasa manis yang ada pada ketoprak dipengaruhi oleh tempat asal mereka? Jangan-jangan ketoprak berasal dari sana? Akan tetapi, dalam KBBI, ketoprak disebut sebagai makanan khas Jakarta. Jadi, entahlah.
Sejauh ini, hanya enam makanan bersaus kacang itu yang saya temui. Sayang, perantauan saya masih di Pulau Jawa. Mungkin, ketika nanti bisa berkeliling lebih jauh, saya akan menemui makanan bersaus kacang dengan kekhasan lain dan juga nama yang berbeda.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.