Judul buku ini mirip kumpulan cerita pendek karya Raymond Carver yang begitu terkenal, What We Talk About When We Talk About Love. Buku yang dimaksud adalah karya nonfiksi Haruki Murakami yang berjudul What I Talk About When I Talk About Running.

Apakah dengan demikian penulis kenamaan asal Jepang itu sudah menjiplak hak cipta penulis lain? Jawabannya tentu tidak. Sebabnya, Murakami sudah beroleh izin dari pihak keluarga Carver. Murakami diperkenankan untuk memodifikasi titel buku fiksi tersebut menjadi judul karya memoarnya tentang aktivitas yang sangat dicintainya: lari.

Layaknya memoar, buku itu memuat sejumlah catatan pribadi Murakami yang sebagian besar menceritakan pengalamannya saat mengikuti maraton. Meski begitu, naskah yang ditulis pada 2005—2006 itu jauh dari kesan pamer kejayaan atau pencapaian diri. Buku itu justru berbicara tentang makna aktivitas lari bagi Murakami.

Tentu saja, seperti halnya karya fiksi yang dikarangnya, Murakami juga menautkan pengalaman berlarinya itu dengan permenungan filosofis hasil olah pikirnya. Dia pun mengaitkan aktivitas lari yang dijalaninya dengan kegiatan menulis dan problem kehidupan yang ditemui di sekitar kita.

Dalam buku itu, Murakami mengaku mulai menekuni aktivitas lari pada usianya yang ke-33 tahun. Pilihan kegiatan itu terbilang unik karena aktivitas tersebut sangat jauh dari stereotip yang kerap dilekatkan pada sejumlah penulis beken. Biasanya, penulis atau seniman yang terkenal lebih memilih untuk mengonsumsi narkotika demi merawat ketenangan hati dan memperoleh inspirasi. Namun, Murakami justru menjauhi dunia semacam itu dan lebih memilih aktivitas lari sebagai caranya bermeditasi.

Murakami merasa lebih cocok dengan aktivitas lari daripada olahraga tenis, sepak bola, dan bela diri. Sebabnya, dia tidak dituntut untuk mengalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri.

Bagi Murakami, aktivitas lari itu sama seperti kegiatan menulis. Aktivitas lari, katanya, dapat membantunya lebih berfokus pada target dan pencapaiannya sendiri. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat melatih daya tahan mental dan fisik yang juga sangat diperlukan saat menjalani aktivitas menulis.

Buku itu begitu detail merekam pengalaman Murakami saat berlari dan mengikuti maraton. Dia bahkan turut memotret peristiwa ganjil di sejumlah perlombaan yang diikutinya di beberapa negara. Salah satu yang diingatnya adalah saat dia menemukan sebelas bangkai kucing dan tiga bangkai anjing pada Marathon Avenue di Atena, Yunani. Penampakan itu sangat kontradiktif dengan citra yang melekat pada jalan tersebut yang dikenal bersejarah dan sangat sakral bagi para pelari maraton.

Buku setebal 175 halaman itu sangat menarik untuk dibaca, terutama oleh pembaca yang juga menggemari olahraga lari. Sambil menikmati uraian yang asyik, pembaca juga dapat menemukan sisi lain dari Murakami yang ternyata sangat cinta kepada aktivitas lari. Saking cintanya, dia, secara khusus, menyampaikan permintaan kepada orang terdekatnya. Jika suatu saat dia berpulang, batu nisannya harap ditulis dengan dua atribusi ini: penulis dan pelari.

 

Penulis          : Asep Wijaya

Penyunting   : Shafira Deiktya

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.