Nocturnes Kazuo Ishiguro
Musik, bagi beberapa penikmatnya, tidak semata berkaitan dengan nada, tetapi juga membawa serta nostalgia. Ia dapat memanggil ingatan atau menyeret balik memori yang mungkin berisi pengalaman patah hati. Lima fiksi pendek garapan Kazuo Ishiguro yang terhimpun dalam Nocturnes: Five Stories of Music and Nightfall menyiratkan kesan itu.
“Crooner” menceritakan seorang penyanyi tua bernama Tony Gardner yang merasa putus asa dengan kelanjutan karier musik dan pernikahannya. Kisah itu juga menyinggung rahasia tergelap pesohor dunia yang hobi menggonta-ganti pasangan hanya demi merawat popularitas.
“Malvern Hills” berkisah tentang pertemuan seorang gitaris muda dengan pasangan musikus yang diam-diam menyimpan kebimbangan dan penyesalan. Lewat dialog, gestur, dan kenangan para tokoh, Ishiguro berhasil mengajak pembacanya untuk turut merasakan emosi yang tersimpan di hati mereka.
“Nocturne” mengisahkan pemain saksofon yang berbakat, tetapi mengalami karier yang mandek karena tampangnya yang jelek. Jalan satu-satunya untuk mendongkrak popularitas adalah lewat oplas (operasi plastik). Dalam pemulihan oplas itu, ia bertemu dengan seorang aktris kenamaan yang mengajaknya bertualang keliling hotel pada tengah malam.
“Cellists” bercerita tentang hubungan musikus pria paruh baya dengan perempuan yang mengaku seorang ahli alat musik. Meski tema ceritanya tampak biasa, kelembutan dan sensitivitas para tokohnya begitu terasa ke pembaca. Hal itu membuat pembaca, secara tidak sadar, akan menitikkan air mata di pengujung cerita.
Adapun “Come Rain or Come Shine” berkisah tentang dua orang sahabat yang disatukan karena musik. Saking eratnya hubungan itu, sebuah perasaan rela disimpan begitu rapat demi kebahagiaan sang sahabat.
Fiksi pendek ini boleh dibilang merupakan yang paling menarik di antara keempat cerita lain. Hal itu dibuktikan dengan ketertarikan Penerbit Faber terhadap “Come Rain or Come Shine” dan merilisnya sebagai sebuah karya solo.
Dari kacamata Raymond, tokoh utama cerita, fiksi pendek itu bakal mengaduk perasaan para pembaca dan memaksa mereka untuk terlibat dalam menentukan sikap dan pilihan. Pembaca akan dihadapkan pada sebuah dilema perihal cara terbaik dalam menyikapi kenangan: apakah harus merawatnya atau (pura-pura) melupakannya?
Karya itu juga bakal mengajak pembaca larut dalam aneka jenis perasaan. Ada kerinduan, kecintaan, penyesalan, kesendirian, dan kesepian. Seluruh perasaan itu begitu erat melekat pada diri Raymond.
Para pembaca juga bakal diajak untuk ikut mendalami dan memahami perasaan Raymond lewat kenangan yang dimilikinya. Mereka juga akan diajak menyelami pergolakan batin Raymond saat mengorbankan perasaannya demi menjaga ikatan persahabatan.
Meski terdengar tragis, cerita itu tidak sepenuhnya bernuansa pilu. Adegan kocak Raymond selama berada di dapur bakal membuat pembaca tergelak atau setidaknya menggeleng-gelengkan kepala.
Satu hal yang pasti tersisa atau terasa di hati pembaca usai menuntaskan bacaan adalah perasaan yang kontradiktif. Cerita “Come Rain or Come Shine”—laiknya judul lagu yang jadi pengiring cerita—memang terdengar romantis. Namun, jauh di balik itu, tafsirannya begitu tragis.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 9
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.