Sweet Potato Pie
“Sweet Potato Pie” adalah salah satu cerpen bertema keluarga yang ditulis pada 1972 oleh Eugenia Collier, seorang penulis Afrika-Amerika. Collier sepanjang hidupnya telah menghasilkan berbagai karya seperti cerpen, esai, dan buku yang terinspirasi dari kehidupannya sebagai seorang perempuan Afrika-Amerika yang tinggal di Amerika Serikat. Kontribusinya terhadap sastra Afrika-Amerika juga membuatnya meraih penghargaan The Gwendolyn Brooks Prize for Fiction untuk karyanya “Marigolds” (1969). Dalam “Sweet Potato Pie”, Collier menceritakan kehidupan keluarga petani berkulit hitam yang sedang berjuang memberikan pendidikan yang layak bagi anak bungsunya.
Cerpen ini memiliki sudut pandang orang pertama, yaitu Buddy, anak bungsu dari tujuh bersaudara yang hidup dalam kemiskinan. Keluarganya sangat miskin, yang digambarkan Buddy pada cara ayahnya yang selalu meletakkan segenggam uang dengan hati-hati di meja, dan doa ibunya yang sangat mudah berpindah dari “Amin” menjadi “Tolong kami, Tuhan.”
Orang tuanya bekerja keras sepanjang hari di ladang dengan pergi sebelum matahari terbit dan pulang saat anak-anak sudah tidur. Sebagai gantinya, dua kakak tertua Buddy, Charley dan Lil, harus bergantian mengurus lima adik mereka yang masih sangat kecil. Meskipun jarang bertemu orang tuanya, Buddy benar-benar bersyukur bisa menghabiskan waktu dengan dua kakaknya. Ia sangat senang duduk di pundak Charley yang baginya adalah manusia tertinggi di dunia, dan menikmati suara merdu Lil yang menenangkan hatinya. Akan tetapi, kesenangan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding pengorbanan mereka untuk mengantar Buddy mendapat pendidikan yang layak.
Buddy akhirnya tumbuh dan menjadi guru sekolah dasar, sedangkan Charley dan Lil memutuskan untuk bekerja di usia remaja. Charley selalu berkata pada Buddy bahwa adiknya itu dikaruniai kepintaran dan berpotensi menjadi orang besar. Karena pengorbanan dan kasih sayang Charley, hingga dewasa Buddy sangat menghormatinya dan tidak pernah malu untuk mengakui supir taksi itu sebagai kakaknya. Bagi Buddy, kesederhanaan dan keterbatasan dari keluarga inilah yang membuat dirinya berhasil. Sebaliknya, Charley tidak ingin orang tahu bahwa Buddy memiliki kakak seperti dirinya, karena bagi Charley hal tersebut akan merusak martabat Buddy sebagai orang hebat.
Salah satu hal menarik dari cerpen ini adalah judulnya, “Sweet Potato Pie” atau “Pai Ubi”. Dalam perjalanannya menuju salah satu hotel di New York, Buddy singgah di kediaman Charley dan mendapatkan hidangan pai ubi yang lezat. Meskipun dikonotasikan sebagai kudapan murah, pai ubi yang dibungkus dengan kertas koran tersebut menjadi simbol kehangatan keluarga yang sederhana. Lucunya, saat mengantar adiknya, Charley melarang Buddy membawa pai ubi berbungkus koran tersebut masuk ke hotel. Katanya, “Tidak ada orang hebat yang membawa makanan berbungkus koran, Buddy,” dan memang seperti itulah kenyataannya.
“Sweet Potato Pie” menjadi salah satu cerita berkesan yang pernah saya baca. Cerpen ini ditulis dengan alur cerita sederhana yang akrab dengan kehidupan sehari-hari, tetapi memberikan makna yang mendalam. Pengorbanan seorang kakak kepada adiknya pun dipermanis dengan percakapan jenaka, penerimaan dalam keterbatasan, dan sikap keras kepala Charley yang tidak pernah mau dikenal orang sebagai kakak kandung Buddy. “Sweet Potato Pie” telah memberikan kehangatan hati bagi saya. Karakter Buddy juga mengingatkan saya supaya tidak menjadi kacang yang lupa kulitnya, dan tentu saja, saya tidak pernah bosan untuk terus membaca kisahnya!
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 3
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.