
Yuk, Belajar Pemasaran dari K-Pop!
Saya yakin teman-teman tidak asing dengan isu hangat yang beredar akhir-akhir ini mengenai produk kolaborasi antara McDonald’s dan BTS (Bangtan Sonyeondan), sebuah boyband asal Korea Selatan yang sangat terkenal. Produk tersebut berhasil membuat Indonesia gempar karena menyebabkan antrean yang luar biasa di gerai makanan cepat saji tersebut. Menurut saya, fenomena ini sangat menarik untuk diteliti karena erat kaitannya dengan latar belakang keilmuan saya, yaitu manajemen pemasaran. Pada swalatih kali ini, saya akan membahas sedikit mengenai fenomena tersebut dari sudut pandang saya sebagai penggemar K-Pop sekaligus mahasiswa biasa yang tertarik dengan dunia pemasaran.
BTS atau Bangtan Sonyeondan adalah sebuah boyband beranggotakan tujuh orang, yaitu Kim Tae-hyung, Jung Ho-seok, Kim Nam-joon, Kim Seok-jin, Park Ji-min, Jeon Jung-kook, dan Min Yoon-gi yang dibentuk oleh Big Hit Entertainment pada tahun 2013. Sebetulnya saat ini Korea Selatan memiliki banyak sekali boyband dan girlband, seperti EXO, SHINee, NCT, ASTRO, dan Twice. Lantas apa yang membedakan BTS dengan grup lainnya? Kenapa BTS bisa sangat terkenal, bahkan berhasil menggaet pasar dan berkolaborasi dengan penyanyi dari wilayah Barat?
Alasan yang pertama adalah kekuatan media sosial. Ketika awal dibentuk, Big Hit Entertainment, agensi yang menanungi BTS, menyadari bahwa media sosial adalah aset. Mereka banyak merekam kegiatan personil BTS dan membagikannya ke platform media sosial, seperti Instagram, Facebook, Weibo, Vapp, dan YouTube. Baik Big Hit maupun BTS sama-sama konsisten untuk membagikan kegiatan mereka melalui media sosial. Alhasil, muncullah kesadaran jenama (brand awareness) dan rasa konsisten (sense of consistency) dari penggemar mereka yang akrab disebut ARMY.
Alasan yang kedua adalah keterbukaan peluang untuk audiens internasional. Beberapa lagu, video, dan variety show mereka tersedia dalam takarir (subtitle) bahasa Inggris. Mereka juga menjual album melalui beberapa toko global, seperti Walmart, Amazon, dan Target. Tidak hanya itu, mereka juga berkolaborasi dengan penyanyi asal Amerika, seperti Halsey dan Zara Larsson.
Alasan yang ketiga adalah kepiawaian membangun komunitas yang kuat. Penggemar BTS memiliki loyalitas yang luar biasa. Selain itu, jumlah mereka sangat banyak. Berdasarkan data dari https://latestnews.fresherslive.com/, BTS memiliki penggemar lebih dari sembilan puluh juta di seluruh dunia. Indonesia sendiri berada pada urutan ke-3 jumlah penggemar paling banyak.
Dari sudut pandang pemasaran, saya melihat McDonald’s keren sekali dalam mengidentifikasi peluang. Mereka sadar bahwa BTS memiliki penggemar yang sangat loyal. Akhirnya mereka bekerja sama untuk membuat produk kolaborasi yang bernama BTS Meal. McDonald’s juga tepat memilih momentum untuk mengeluarkan produk tersebut karena bulan Juni adalah bulan kelahiran BTS.
Selain itu, McDonald’s melakukan sebuah pendekatan bernama pendekatan horizontal atau pendekatan dari pelanggan ke pelanggan (customer to customer) dan pemasaran kata dari mulut (word-of-mouth marketing). Ketika McDonald’s pertama kali mengumumkan kolaborasi dengan BTS, itu tentu akan menjadi bahan perbincangan hangat di lingkungan ARMY. Mereka akan bertukar informasi dan lama-kelamaan kabar tersebut tersebar luas di luar lingkaran ARMY.
Saya senang karena K-Pop erat kaitannya dengan ilmu pemasaran. Melihat loyalitas dan kegembiraan ARMY untuk mendukung BTS membuat saya sadar bahwa membangun komunitas yang solid sangat penting bagi sebuah jenama.
Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?
Rating rata-rata: 5 / 5. Jumlah rating: 2
Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.