Pada akhirnya, si Bungsu tinggal sendiri. Mereka satu persatu telah pergi dari rumah untuk memulai kehidupan baru dengan keluarga yang baru. Si Bungsu harus mencari cara agar rumah tetap ramai.

Akhir pekan—selalu—menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh si Bungsu sebab anggota keluarganya sesekali berkunjung untuk menengok keadaan rumah. Akhir pekan menjadi waktu ketika keluarganya berkumpul lengkap dan makan malam di satu meja yang sama sembari berbincang dan menyantap hidangan mahakarya sang ibu.

Tahun demi tahun, perbincangan di meja makan itu terus berkembang; lilin angka di kue ulang tahun pun terus bertambah.

Tak lama lagi, si Bungsulah yang harus ada untuk kedua orang tuanya. Si Bungsu pun sadar akan perannya. Ia kini tinggal sendiri untuk menemani orang tuanya hingga kelak tiba waktunya untuk mengikuti jejak tetehnya. Konon katanya, “Orang tua bisa merawat banyak anak, tetapi banyak anak belum tentu bisa merawat orang tua”. Namun, si Bungsu tetap yakin bahwa ia sudah pasti bisa menemani dan merawat orang tuanya. Sebagai manusia yang paling akhir hadir di dalam keluarga, sudah semestinya ia mengganti waktu yang ia lewati dengan sepenuhnya hadir pada masa tua mereka.

Semoga semakin kuat, Bungsu.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.