Aku teringat, engkau hanya terdiam, perlahan terkikis, kamu dengan badanmu, aku dengan jiwaku.

Aku teringat, aku dan kamu dalam segala lelah, entah keringat atau air mata, entah mata atau dada.

Aku teringat, berkali-kali aku menulis puisi, namun tak pernah namamu kusebut dalam liar gerak jari tanganku. Aku bahkan tak rela dirimu pergi sejenak tertuang dalam kertas.

Aku teringat, sebaik-baiknya perpisahan adalah dengan rasa saling mengerti, bukan saling merelakan.

Aku harap kamu mengerti, kali ini, biar aku yang mati, larut tertidur bersama tanah.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.