Suatu hari, saya pernah meninggalkan kegiatan yang sebelumnya biasa saya lakukan terus-menerus. Asing sekali rasanya. Selama berpuluh tahun hidup di dunia, saya jarang sekali merasakan perasaan asing seperti ini. Perasaan asing yang bukan bermakna negatif, tetapi lebih pada rasa “janggal”.

**

Hari itu, saya memutuskan untuk pulang ke kota kelahiran saya setelah sembilan bulan terkunci di kota tempat saya menuntut ilmu. Waktu ini adalah waktu paling lama yang pernah saya habiskan di kota ini. Biasanya, enam bulan adalah waktu terlama saya untuk cukup rindu dengan jemari kecil adik saya yang selalu usil mengganggu ketika saya sedang menulis di kamar. RIndu dengan penjual bubur ayam yang sudah lima tahun menjadi langganan saya, dan hafal persis pesanan bubur ayam saya: ekstra bawang goreng, dengan sate telur puyuh.

Tak disangka, pagebluk melanda dunia. Dua bulan pertama, perjalanan antar kota ditiadakan, kecuali untuk kebutuhan mendesak. Harga tiket pesawat melambung tinggi. Kereta api menutup jalur-jalur perjalanan antar provinsi. Saya terpaksa berdiam diri di indekos saya lebih lama, termasuk melewatkan dua hari raya –Idulfitri dan Iduladha– yang biasanya saya rayakan bersama keluarga. Untuk Idulfitri, ini pertama kalinya saya tidak berada dekat dengan keluarga. Demi kebaikan bersama, saya harus tetap berada di tempat saya kala itu, 806 km dari rumah di Tangerang.

Lima bulan setelahnya, saya baru berkesempatan untuk kembali ke Tangerang. Perjalanan berjalan lancar. Satu pekan setelahnya, rasa asing itu muncul. Rasanya aneh ketika di rumah, saya tak perlu lagi bersulit-sulit berjalan ke depan gang untuk mencari makanan, atau berpusing-pusing memilih menu makanan termurah pada aplikasi ojek daring untuk menu makan siang dan malam. Aneh ketika saya harus kembali membiasakan diri sarapan di pagi hari. Hal yang hampir tak pernah saya lakukan ketika saya merantau di Surabaya.

**

Saya sadar, asing bukan muncul karena kita meninggalkan suatu hal yang sebelumnya terus-menerus kita lakukan. Asing adalah ketika kebiasaan yang biasanya kita lakukan harus berjalan dengan kondisi dan penyesuaian baru, setelah berlama-lama nyaman dengan rasa dan cara yang sudah menjadi kebiasaan.

Asing adalah merapikan tumpukan buku-buku lama yang selesai dibaca, memasukan buku-buku itu ke kardus, dan mengirim buku-buku itu ke tempat baru yang akan menjadi tempat singgah untuk perjalanan selanjutnya.

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.