Menjadi pemimpin itu bukan berarti kita seperti peserta yang mengikuti kontestasi untuk menjadi yang paling disukai atau menjadi peserta lomba debat. Pada intinya, sebagai manusia dan pemimpin, kita diberikan oleh Tuhan dua telinga dan satu mulut. Itu artinya, kita harus lebih sering mendengar dibandingkan berbicara.

Tugas pemimpin bukanlah menjadi orang yang selalu lebih tahu, atau orang yang paling gaul. Yang paling penting adalah pertama kita harus melihat diri kita dan memiliki hal-hal berikut.

  1. Memahami kelemahan. Jika kita tahu kelemahan kita, dan kita bukan tipe orang yang suka bergaul, kita harus saling melengkapi dengan orang lain.
  2. Mengenal tim dengan lebih baik. Kita harus tahu tim kita dengan baik dengan mengenal karakter tiap anggota tim Mungkin ada yang introver, mungkin ada yang ekstrover, atau bahkan antisosial. Dengan mengenal tim lebih baik, kita bisa mengenal kepribadian tiap orang dengan lebih baik sehingga kita pun sebagai orang yang introver bisa menjadi lebih nyaman terhadap mereka.
  3. Sering berkomunikasi. Komunikasi adalah hal terpenting dalam membangun sesuatu. Semakin kita sering berkomunikasi, kita juga akan semakin terlatih. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan dengan untuk berkomunikasi, seperti satu lawan satu atau satu lawan banyak. Praktik melahirkan kebiasaan. Praktik yang baik menyempurnakan kita.
  4. Merencanakan apa yang diutarakan. Sebagai introver, biasanya kita merupakan pribadi pemikir yang sendirian. Hal terpenting bagi seorang pemimpin adalah merencanakan apa yang ingin kita utarakan. Ini bisa dimulai dengan membuat semacam presentasi sehingga kita bisa menjelaskan dengan baik dan lebih runtun serta detail. Hal tersebut membuat tim bisa mengerti ketika kita sekali berbicara dan paham maksud dari tujuan kita sebagai pemimpin.

Pemimpin juga manusia yang kadang memiliki perasaan tidak enak hati dan sungkan untuk menegur. Apalagi kepada rekan kerja yang juga menjadi sahabat. Maka dari itu, seorang pemimpin harus belajar dan memiliki sikap objektif dalam segala hal. Kadang menjadi objektif akan membuat yang lain sangat subjektif terhadap keputusan kita.

 

 

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.