Ternyata terlalu banyak yang aku lewatkan selama ini. Warna hidup tak hanya hitam dan putih. Satu cerita dan lainnya. Mendengar dan bertanya. Inilah rasa yang aku lewatkan.

Berjalan tak selamanya harus di sisi yang sama. Ada berbagai persimpangan yang memang harus dilalui. Enak tak enak, mau tak mau. Di persimpangan ini kita banyak belajar tentang lelahnya menjalani kehidupan dan matinya pikiran sehingga rasa tak sanggup lagi untuk berjalan. Tak jarang juga, di tengah perjalanan, kita berhenti sejenak, singgah di satu tempat untuk menikmati segelas kesenangan dan suka ria. Terkadang, banyak yang kerap terjebak di situ: merasa nyaman lalu akhirnya menyerah dengan perjalanan yang sedang dilalui.

Kesenangan tak mampu memberikan pelajaran. Berhenti tak mampu memberikan pengalaman. Justru dengan melalui berbagai persimpangan, hujan dan terik, lelah yang pedih, “mata pelajaran hidup” terletak di situ. Tak salah jika kita berhenti sejenak, hanya sekadar minum dan beristirahat. Akan tetapi, jangan lupa untuk melanjutkan perjalanan. Sebabnya, hidup adalah perjalanan yang panjang dan guru terbaik adalah pengalaman. Sampai akhirnya kita berhenti di suatu tempat yang indah, di tempat berkumpulnya mereka yang sudah merasakan indahnya perjalanan, setelah getir berlalu.

Inilah warna dan rasa yang aku lewatkan selama beberapa tahun aku hidup. Aku terlalu lama singgah dan beristirahat, kembung dengan gelas yang kutenggak tiada henti itu, hingga akhirnya kaki ini tertidur tak sadarkan diri.

… karena bahagia yang nyata hanya terwujud melalui perjalanan yang nyata.

Sama halnya dengan kesuksesan hidup. Jika J.K. Rowling berhenti ketika bukunya ditolak oleh belasan penerbit, mungkin novel Harry Potter akan asing di telinga kita dan J.K. Rowling hanyalah seorang wanita biasa.

Jika Thomas Alva Edison menyerah karena percobaan bohlam lampunya gagal lebih dari sembilan ratus kali, mungkin kita tidak akan tahu siapa ia dan temuannya.

Jika Bung Karno menyerah setelah beberapa kali dibuang dan dipenjara, mungkin sebutan “proklamator bangsa Indonesia” tidak akan melekat pada namanya.

Mereka inilah jiwa-jiwa yang tak gentar menghadapi perjalanan sebagaimana salah satu orang bijak yang kutemui pernah berkata, “Hidup itu dilukis dengan derita, lalu dibingkai dengan senyuman.”

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.