Hari itu adalah hari terakhir saya berada di Italia. Saya menyempatkan diri untuk mengunjungi negara terkecil di dunia. Jujur, saya tidak mengira bahwa Vatikan berada di Italia dan merupakan sebuah negara. Dalam benak saya, Vatikan adalah sebuah tempat, yang saat Natal, masyarakat beragama Kristen merayakannya. Ternyata tempat itu adalah sebuah negara. Vatikan merupakan negara dengan populasi penduduk hanya 850 warga negara. Artinya, Vatikan berpopulasi penduduk paling sedikit di dunia dengan kepala negara Uskup Agung Roma yang merangkap sebagai pemimpin umat Katolik sedunia. Batas negara Vatikan dikelilingi oleh dinding-dinding tinggi dan besar.

Untuk menuju ke Vatikan, sangatlah mudah, terutama jika sudah berada di Roma. Waktu itu, saya naik metro dari Termini dan turun di Ottaviano dengan sekali perjalanan. Biaya metro sekitar 1,3 euro–satu hour pass seharga tiga euro dan 24 hour pass seharga tujuh euro. Namun, bagi yang tinggal lama di Roma dan ingin menjelajah semua wisata di Roma, saya sangat menyarankan untuk membeli Roma Pass sehingga puas berkeliling Roma serta menggunakan transportasinya.

Sesampainya di Vatikan, saya disambut antrean yang sangat panjang hingga antrean tersebut berbentuk seperti ular. Banyak “tontonan” yang bisa dilihat selama antre sehingga saya tidak bosan. Contohnya banyak penjual suvenir yang menawarkan barang kepada saya dengan bahasa Italia. Kebanyakan dari penjual itu adalah imigran dari Afrika. Oh, ya, selama antre, sebaiknya selalu berhati-hati dengan barang bawaan karena banyak pencuri.

Saat itu cuaca sedang bersahabat. Dingin, tetapi terik. Sebagai orang Asia Tenggara yang tidak terbiasa dengan udara dingin, saya merasa bersyukur mendapat udara yang hangat.

Ketika sampai di dalam, saya diperiksa seperti saat di bandara. Oh, iya, untuk kalian yang ingin berkunjung ke sini, jangan lupa untuk membawa paspor karena sudah masuk wilayah yang berbeda. Saat itu, rombongan saya dipimpin oleh pemandu lokal yang berbahasa Inggris.

Di Vatikan, ada beberapa pilihan situs yang bisa dikunjungi. Ada yang berbayar, seperti The Vatican Museum, Sistine Chapel, St. Peter’s Dome, dan The Vatican Garden. Ada pula yang gratis, seperti St. Peter’s Basilica dan St. Peter’s Square.

Sebagai perjalanan pertama, saya memasuki Museum Vatikan. Museum ini memasang harga tiket enam belas euro atau sekitar 240.000 rupiah. Ketika di dalam, saya sangat terkesima dengan arsitektur, lukisan, dan pahatan patung yang sangat menakjubkan. Ternyata Indonesia juga mendapatkan tempat di Museum Vatikan ini untuk memamerkan beberapa koleksi, seperti miniatur Candi Borobudur, batik Jawa, ukiran kayu, dan masih banyak lagi. Sesampainya di luar museum, kami berada di St. Peter’s Square atau disebut juga dengan Piazza San Pietro, tempat para penganut agama Katolik berkumpul untuk mendengarkan Paus berkhotbah pada hari-hari tertentu. Di tengah-tengah Piazza, berdiri tugu The Obelisk. Piazza itu merupakan salah satu karya seni besar yang dirancang oleh seniman dunia, yaitu Gian Lorenzo Bernini. Kalian bisa mengabadikan foto di “alun-alun” Vatikan. Setelah keluar dari Vatikan, kegiatan yang tidak boleh dilewatkan adalah mencoba es krim ala Italia yang terkenal atau sering disebut gelato. Gelato di Vatikan merupakan gelato terenak yang pernah saya coba. Sangat direkomendasikan!

Berapa banyak hati yang kamu mau berikan untuk tulisan ini?

Rating rata-rata: 0 / 5. Jumlah rating: 0

Jadilah yang pertama untuk memberi rating pada tulisan ini.